Sabtu, 13 September 2014

Proposal praktek usaha peternakan (PUP)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Usaha peternakan unggas mempunyai peranan besar bagi perekonomian dalam negeri, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki sektor perekonomian yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan, selain menghasilkan bahan pangan yang berkualitas khususnya protein hewani yang dapat menunjang ketersediaan gizi bagi masyarakat. Salah satu komoditas unggulan perunggasan yang dapat dikembangkan adalah broiler.
Broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsabangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Broiler kini telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Kelebihan yang paling mencolok adalah pemeliharaan yang hanya 5 sampai 6 minggu sudah dapat dipanen, sehingga modal yang ditanamkan akan cepat kembali. Berdasarkan hal tersebut maka boleh dikatakan usaha di bidang ini cukup menjanjikan.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat Indonesia, menyebabkan permintaan hasil ternak broiler diperkirakan terus meningkat. Bila dilihat dari sisi permintaan, selain datangnya dari dalam negeri, juga dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Jepang (Widjaja, 2003). Hal tersebutmerupakan peluang bisnis yang menjadi pendorong bagi pengusaha peternakanbroiler untuk meningkatkan produksinya.
Kendala peternakan ayam broiler adalah factor produksi yang cukup besar. Biaya produksi ini meliputi; biaya pakan, bibit, dan sarana prasarana produksi lainya. Hal ini yang menjadi pertimbangan untuk ikut dalam sistem kemitraan sehingga dapat mengurangi beban biaya produksi.
Telur Intan Group merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kemitraan unggas, baik itu ayam petelur maupun ayam potong. Pendiri sekaligus pemilik dari perusahaan ini adalah H. Abd. Kholiq, pria kelahiran Malang.
Saat ini, populasinya ayam Telur Intan Group tidak kurang dari 3,6 juta yang terdiri dari ayam petelur di farm internal 150.000 ekor dan plasma 450.000 ekor serta populasi kemitraan ayam pedaging mencapai 3 juta ekor.
Saat ini, unit Telur Intan Group sudah berkembang dan tersebar dibeberapa wilayah. Bahkan sudah merambah ke luar pulau jawa. Beberapa daerah yang dimaksud antara lain: Kediri dan Blitar, Jember dan Banyuwangi, Purwokerto, Solo, Tegal, Yogyakarta, Bali dan Makassar. Setiap unit yang ada minimal memproduksi 350.000 ekor per minggu.
Kelebihan mengikuti kemitraan adalah peternak/ plasma hanya menyediakan kandang, kelengkapan kandang dan tenaga kerja sehingga memudakan untuk beternak ayam broiler dalam skalah besar. Hal ini yang menjadi pertimbangan kami melakukan Praktek usaha peternakan dengan judul “Budidaya Ayam Broiler Pola kemitraan PT Telur Intan”
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem usaha beternak ayam broiler pola kemitraan
2.      Bagaimana perhitungan dari beternak ayam broiler dengan kermitraan
3.      Bagaimana kendala beternak ayam broiler dengan pola kemitraan

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui system usaha beternak ayam broiler dengan pola kemitraan
2.      Untuk mengetahui perhitungan beternak ayam broiler dengan pola kemitraan
3.      Untuk mengetahui kendala-kendalayang dihadapi dari beternak ayam dengan pola kemitraan

1.4  Manfaat
1.      Dapat memberikan pengalaman berwirausaha ternak ayam broiler dengan pola kemitraan.
2.      Dapat mengetahui perhitungan dan hasil usaha dari beternak ayam broiler pola kemitraan.
3.      Dapat mengetahui system dan kendala yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler dengan bermitra.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Ayam broiler
Menurut Murtidjo (2006) ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strainayam hasil budidaya teknologi  yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum umur delapan minggu.
Rasyaf (2004) menyatakan di Indonesia ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada usia lima sampai enam minggu dengan bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor. Namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional.
2.2 Kemitraan
Menurut Dinas Peternakan Bogor (2000), kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar atas dasar prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Disamping itu, kerjasama kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar dan usaha menengahdapat mendorong upaya dalam rangka pemerataan pembangunan. Kemitraan pertanian dalam Surat Keputusan Menteri pertaniant No.940/Kpts/OT.210/10/1997 menerangkan bahwa kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan. Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan usaha. Lebih lanjut dinyatakan dalam Surat Keputusan Menteri pertanian No 940/Kpts/OT.210/1997 bahwa pola kemitraan usaha pertanian terdiri dari lima macam.
1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Kelebihan pola ini adalah: a) kepastian sarana produksi, b) pelayanan/bimbingan, dan c) menampung hasil. Kekurangan pola ini adalah: a) inti plasma menyediakan operasional, dan b) kegagalan dalam panenmenjadi kerugian plasma.
2. Pola Sub Kontrak, adalah hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahan mitra sebagai bagian dari produksinya
3. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra, atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan mitra.
4. Pola Agenan, adalah hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan mitra.
5. Pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis) adalah hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan modal dan sarana untuk mengusahakan/membudidayakan suatu komoditi pertanian. Saragih (1998) mengemukakan bahwa syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat keharusan yang dimanifestasikan dalam wujud kebersamaan yang kuat antara mereka yang bermitra dan syarat kecukupan berupa adanya peluang yang saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra melalui pelaksanaankemitraan.
Imaduddin (2001) menyatakan bahwa persyaratan-persyaratan yang harusdipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah: (1) Peternakan mempunyai kandang danperlengkapan, kontrak maupun sendiri, lengkap dengan perizinannya, (2) Peternakmengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan serta mencantumkan dataseperti total luas kandang, peralatan, sarana-sarana pendukung lainnya, (3) Pihakperusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau layak atautidaknya kandang tersebut untuk dinilai dalam kerjasama tersebut, (4) Buktiperjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, plasma wajib memberikanjaminan perusahaan, berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank atau surat berharga.
2.3 Faktor Produksi
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkandalam produksi ayam broiler adalah DOC, ransum, obat-obatan, tenaga kerja dan kandang. Penelitian yang dilakukan Veranza (2004) mengungkapkan bahwa pada usaha peternakan X menggunakan input tetap dan input variabel. Input tetap diantaranya; kandang, tenaga kerja tetap dan peralatan. Input variabel yang digunakan terdiri dari DOC, pakan, tenaga kerja tidak tetap, obat-obatan, sekam, danbahan bakar (minyak tanah).
Menurut Fadilah (2004) dalam usaha peternakan ayam broiler faktor produksi yang digunakan diantaranya adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin dan vitamin serta bahan penunjang seperti sekam, listrik dan bahan bakar.
Kandang
Syarat kandang yang baik adalah kandang yang memenuhi standar yang telah ditentukan. Syarat-syarat kandang yang harus dipenuhi menurut Cahyono (2004) adalah:
1.      Kandang harus dibuat kuat agar dapat dipakai dalam waktu yang lama, dan tidak mudah roboh karena angin yang kencang.
2.      Dapat menahan air hujan dan teriknya matahari langsung masuk kandang, tepi atap sebaiknya dibuat cukup lebar yaitu sekitar 1,25 meter dari dinding kandang.
3.       Dinding kandang tidak rapat tetapi harus terbuka, memiliki celah-celah yang terbuka yang terbuat dari anyaman bambu, kawat ram atau jeruji-jeruji bamboo sehingga hewan pemangsa tidak dapat masuk melalui celah yang terbuka tersebut
4.      . Ruang ventilasi dapat ditambahkan dengan membuat sistem atap monitor dan dapat menggunakan kipas angin yang berfungsi menyedot udara kotor dalam kandang atau mengalirkan udara segar masuk ke dalam kandang.
5.      Lantai kandang sebaiknya disemen agar memudahkan dalam pembersihan kandang dan dibuat lebih tinggi dari tanah disekitarnya.
6.      Ukuran/luas kandang tergantung dari jumlah ayam yang akan dipelihara. Sebagai pedoman, kepadatan ayam dewasa per meter persegi adalah 10 ekor.
7.      Selokan/parit sebaiknya dibuatkan disekeliling kandang. Hal ini penting agar pembuangan air tidak menggenang.
8.      Tata letak kandang hendaknya dibangun diatas tanah yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar udara dapat berputar dan bergerak bebas melintasi kandang sehingga peredaran udara dapat berjalan dengan baik. Kandang tidak terletak pada lokasi yang sibuk dan gaduh mengingat ayam mudah stres, ukuran dan luas kandang disesuaikan dengan jumlah dan umur ayam.
9.      Jarak antar kandang juga harus mendapat perhatian karena dapat mempengaruhi sirkulasi udara, tingkat kelembaban, dan temperatur di dalam kandang, penularan terhadap penyakit dari satu kandang ke kandang lain, dan efisiensi penggunaan tanah.Ukuran luas kandang tergantung dari kepadatan jumlah populasi ternak yang dipelihara. Luas yang cukup bagi ayam untuk ruang geraknya maka tidak terjadi saling patuk dan stress (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Kapasitas dan kepadatan kandang untuk ayam dewasa hasil penelitian Veranza (2004) adalah 9 ekor per meter persegi. Menurut Fadilah (2004) kepadatan kandang ayam untuk umur 1-3 hari adalah 60-70 ekor/m², pada umur 4-7 hari kepadatan kandang 40-50 ekor/m², umur 8-14 hari kepadatan kandang 20-30 ekor/m² dan pada 15 hari sampai panen kepadatan kandang 8-16 ekor/m².
Peralatan
Ayam yang dipelihara secara intensif dengan dikandangkan secara terus menerus sepanjang hari, memerlukan peralatan-peralatan teknis yang memadai, seperti tempat pakan dan minum, alat pemanas, thermometer, dan peralatan lainnya maka untuk menunjang keberhasilan produksi.
Tempat Pakan dan Minum.
Fadillah (2004) menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan pekerjaan sehari-hari adalah tata letak tempatpakan, keadaan tempat pakan dan isi pakan. Tempat pakan ada yang diletakkan dalam satu baris atau diletakkan berselang seling dengan tempat minum.
Kebutuhan tempat pakan dan minum tergantung dari jumlah ayam yang dipelihara dan umur ayam. Pemeliharaan awal dengan jumlah ayam 500 ekor, diperlukan tempat pakan sejumlah 10 buah dan tempat minum sebanyak 12 buah, sedangkan pada pemeliharaan akhir dengan jumlah ayam 500 ekor diperlukan tempat pakan 14 buah dan tempat minum 16 buah (Cahyono, 2004). Hasil penelitian
Veranza (2004) menyatakan bahwa usaha peternakan X menggunakan perbandingantempat pakan dan minum sebesar 1:1.
Alat Pemanas.
Alat pemanas (brooder) berfungsi sebagai induk buatan yang memberi kehangatan anak ayam (DOC). Alat ini digunakan untuk pemeliharaan masa awal (starter) yang berlangsung selama 12 sampai 15 hari dimana anak ayam masih memerlukan pemanasan dalam hidupnya. Alat pemanas ini dikenal dengan nama ”Gasolec” yang sudah beredar di toko-toko unggas. Sumber panas pada ”Gasolec” berasal dari gas, oleh karenanya penggunaannya harus dilengkapi dengan11 tabung gas. Alat pemanas ini hendaknya diletakkan ditengah dengan ketinggian 1,3 sampai1,5 meter dari permukaan litter (Cahyono, 2004). Fadillah (2004) mengungkapkan bahwa jika pemanas menggunakansemawar, maka sebaiknya diletakkan pada ketinggian 50 sampai 75 cm diatas sekam.
Panas yang dihasilkan bisa diatur dengan cara mengubah posisi tempat minyaktanah. Tempat minyak tanah diletakkan lebih tinggi dari semawar. Semakin tinggiletak tempat minyak tanah, panas yang dihasilkan akan semakin besar, di tengahtengahsetiap lingkaran pelindung dipasang lampu 25 watt. Pemakaian sumber panasdan alat pemanas tidak menjadi masalah bagi ayam, yang penting bisa memberikankehangatan yang merata ke seluruh lingkaran.
Hasil penelitian Pakarti (2000) menyatakan bahwa pemakaian pemanasdigunakan pada masa starter 10-20 hari atau selama 3 minggu. Pada minggu pertamapemanas dinyalakan selama 24 jam, sedangkan minggu kedua dan ketiga hanyadinyalakan selama 12 jam pada malam hari, namun demikian pemberian pemanastergantung pada cuaca.
Thermometer.
Cahyono (2004) menyatakan bahwa thermometer berfungsi untukmengontrol temperatur agar selalu optimal sehingga kehidupan anak ayam tetapstabil dan pertumbuhan anak ayam tidak terganggu. Penempatan thermometerseharusnya diletakkan ditempat yang strategis agar memudahkan pekerjamengontrolnya tanpa mengganggu atau menimbulkan stress pada anak ayam,penggunaan thermometer hanya untuk periode starter.Hardjasworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler antaraumur satu sampai dua minggu memerlukan suhu lingkungan mendekati 32ºC. Padaumur dua sampai tiga minggu suhu yang diperlukan antara 30ºC sampai 32ºC dansetelah umur tiga minggu menjadi 28ºC-30ºC.Fadilah (2004) menyatakan bahwa ayam broiler pada umur satu sampai tigahari memerlukan suhu lingkungan antara 32ºC-35ºC, pada umur empat sampai tujuh hari memerlukan suhu 29ºC-34ºC, pada umur 8 sampai 14 hari memerlukan suhu27ºC-31ºC, dan pada umur 15 hari sampai siap panen memerlukan suhu lingkunganantara 25ºC-27ºC.
Peralatan Lain.
Menurut Fadillah (2004) bahwa peralatan lain yang berhubungandengan kegiatan sehari-hari seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dangerobak pengangkut pakan. Cahyono (2004) menambahkan bahwa peralatan lainnyayang perlu disediakan untuk mendukung kelancaran usahaternak ayam broiler adalahsekop, ember, selang, kawat atau tali, alat-alat kesehatan, ciduk dan lain-lain.
DOC (Day Old Chick)
Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam broiler yang telah dikenal dan banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yangmerupakan turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White Cornishyang berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dariAmerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebutmenghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi,terutama dalam hal kemampuannya mengubah pakan menjadi daging dengan sangatcepat dan hemat.
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu anakayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan;ukuran atau bobot ayam yaitu sekitar 35 sampai 40 gram; anak ayam memiliki matayang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar; tidak memperlihatkan cacat fisikseperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat dantidak ada lekatan tinja di duburnya.
Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor utama dalam usahaternakayam broiler, lebih-lebih terhadap laju pertumbuhan dan peningkatan bobot badanyang sangat cepat (Girisonta, 1997). Ransum merupakan kumpulan bahan makananyang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturanitu meliputi nilai gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yangdigunakan.
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa ransum starter diberikan pada ayamberumur satu sampai tiga minggu. Umumnya biaya untuk ransum menempati 60%-75% dari total biaya produksi. Ayam broiler membutuhkan energi yang lebih tinggi(lebih dari 3000 kkal per kg ransum). Cahyono (2004) menambahkan dalam halransum yang harus diberikan untuk anak ayam sampai umur empat minggu, pakanharus mengandung protein sebanyak 21 sampai 24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%,kalsium 1%, phospor 0,7 sampai 0,9%, energi (ME) 2800-3500 kkal.Besarnya pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi pakanatau Feed Corvertion Ratio (FCR). Konversi pakan merupakan perbandingan antarajumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Semakin tinggikonversi pakan berarti semakin boros pakan yang digunakan. Standar konversi pakanuntuk ayam pedaging adalah 1,9 yang artinya untuk mendapatkan ayam denganbobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,9 kg (Suharno, 2002).

Obat-obatan dan Vaksin
Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud adalah obat-obatan yang digunakanuntuk pengobatan ternak yang terserang penyakit, vaksin digunakan untukpencegahan penyakit serta antibiotika dan vitamin dapat mendukung pertumbuhanayam sehingga dapat tumbuh secara optimal (Rasyaf, 2004). Sudaryani (2003)menjelaskan bahwa penyakit yang menyerang ayam ada yang dapat diobati dan ada pula yang tidak. Penyakit ayam yang tidak bisa diobati dapat ditangkal dengan vaksin.Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan kepadahewan tidak menimbulkan penyakit, melainkan merangsang pembentukanantibodi (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan vaksin adalahmembuat ayam mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu penyakit tertentu.
Sudaryani (2003) menyatakan bahwa keberhasilan suatu vaksinasi ditentukanoleh beberapa faktor, yaitu faktor tatalaksana, faktor vaksin, dan faktor individu.Faktor tatalaksana meliputi, vaksinasi, waktu vaksinasi, keterampilan vaksinator(orang yang memberikan vaksinasi), dan kondisi lingkungan. Faktor vaksin meliputikualitas vaksin, jenis vaksin, dan penyimpanan vaksin. Sedangkan factor individu adalah faktor kesehatan ayam, dimana dianjurkan vaksinasi dilakukan padasaat ayam memiliki kondisi yang sehat. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan5(Lima) cara, yaitu drink water (vaksinasi melalui air minum); vaksinasi intraocular(tetes mata) dan intranasal (tetes hidung); vaksinasi dengan injeksi intramuscular(tusuk daging) dan injeksi subcutan (tusuk kulit); wing web (vaksinasi tusuk sayap);dan spray (vaksinasi dengan cara disemprot)
Hasil penelitian Pakarti (2000) menyatakan bahwa vaksinasi yang dilakukanpada usaha beternak ayam broiler 3 kali yaitu vaksinasi tetelo 1 (ND l) dengan tetesmata pada umur 3 sampai 4 hari. Vaksinasi Gumboro diberikan umur 12 sampai 16 hari melalui air minum dan vaksinasi tetelo kedua (ND 2) diberi melalui air minumpada umur 18 sampai 20 hari.Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pengobatan terhadap ayam yang sakitdilakukan dengan pemberian obat sesuai anjuran mantri hewan serta melakukanisolasi terhadap ayam sakit dengan tujuan menghindari penularan penyakit. Nilaimortalitas yang rendah secara tidak langsung menambah pendapatan namundisisi lain hal tersebut perlu didukung penanganan penyakit yang juga menambahbiaya dalam produksi.
Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untukmenghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakandan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilikfaktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal denganbiaya tetap dan biaya variabel. Menurut Soekartawi et al. (1986), biaya tetap (fixedcost) dalam usahatani didefinisikan sebagai biaya usahatani yang tidak tergantungkepada besarnya produksi, misalnya pajak bumi dan bangunan, sewa tanah, bungakredit, serta penyusutan bangunan dan alat-alat pertanian. Biaya tidak tetap (variablecost) didefinisikan sebagai biaya yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentudan jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan besarnya produksi tanaman atauternak, misalnya bibit atau benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Produksiusahatani yang menggunakan mesin-mesin harus dihitung penyusutannya sebagaipengeluaran. Penyusutan merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkanoleh pemakaian selama setahun pembukuan.
Boediono (1988) mengatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilaisumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yangbertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya dibedakan atasbiaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yangdikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volumekegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahtotalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Komponenbiaya tetap meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya. Biaya jenis ini disebut biaya tetap, atau tidak pernah berubah dalam hubungannya dengan jumlahsatuan yang diproduksikan. Selanjutnya dikatakan bahwa komponen biaya variable meliputi biaya bahan-bahan   utama dan tenaga kerja langsung. Jenis biaya inijumlahnya bertambah sesuai dengan bertambahnya volume produksi sehingga biayabiayaper satuannya cenderung berubah pula. Menurut Rasyaf (2002) biaya variable merupakan biaya yang dikeluarkan seiring dengan penambahan jumlah ayam yangdipelihara. Biaya ini antara lain biaya untuk day old chick (DOC), ransum,pemeliharaan dan kesehatan.
 Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari totalproduksi yaitu antara 60 sampai 70%.Penelitian Pakarti (2000) menyatakan bahwa biaya pakan menunjukkanpersentase yang paling tinggi nilainya yaitu 71,61%, sedangkan biaya untuk bibitayam menduduki posisi kedua yaitu 20,84%. Selanjutnya biaya obat, vaksin, danvitamin 4,4%, biaya depresiasi kandang dan peralatan 1,82%, biaya listrik dan bahanbakar 0,94% serta biaya sekam dan sanitasi 0,33%. Biaya tenaga kerja dan sewatanah pada penelitian ini tidak diperhatikan karena tanah milik sendiri, sedangkantenaga kerja adalah tenaga kerja keluarga.


Penerimaan Produksi
Menurut Kadarsan (1995) penerimaan adalah nilai hasil dari output atauproduksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang ataujasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumberdari penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panendari peternak dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untukkonsumsi keluarga harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaanwalaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatanpenerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besarpenerimaan dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain di perusahaantersebut.
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa penerimaan dalam suatu peternakan ayampedaging terdiri dari: (1) hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baikhidup maupun dalam bentuk karkas; dan (2) hasil sampingan yaitu berupa kotoranayam atau alas “litter” yang laku dijual kepada petani sayur mayur atau petanipalawija lainnya. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualanoutputnya.


Pendapatan dan Rasio R/C
Kadarsan (1995) menerangkan bahwa pendapatan adalah selisih antarapenerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis pendapatandiperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalamjangka waktu tertentu. Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalahsejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi.Hasil pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan negatif berarti rugi.Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa pendapatan kotor usahatanimerupakan hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatanisedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotordan pengeluaran total usahatani.Rasio R/C (Revenue Cost Ratio) bertujuan untuk mengukur efisiensi inputdan output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biayaproduksi total (Kadarsan, 1995). Analisis ini digunakan untuk menganalisisimbangan antara penerimaan dengan biaya.Taslukha (2007) dalam penelitiannya di Sunan Kudus Farm menyebutkanbahwa pendapatan merupakan nilai uang yang diperoleh Farm dengan menghitungselisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama prosesproduksi pemeliharaan. Nilai pendapatan usaha peternakan ayam broiler SunanKudus Farm tahun 2006 yaitu sebesar Rp 104.925.567,15. Nilai rasio R/C yangdidapat adalah 1,05 yang artinya nilai ini menunjukkan bahwa Sunan Kudus Farmmendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,05 untuk setiap satu rupiah biaya yangdikeluarkan.


2.4 Analisis Ekonomi
Ada beberapa metode penilaian investasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dikatakan layak usaha atau tidak untuk dilanjutkan atau diteruskan. Analisa ekonomi mencerminkan perkembangan usaha, terutama untuk masa jangka panjang, terlihat adanya perkembangan finansial. Komponen biaya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal tahun usaha atau pada saat usaha telah berlangsung untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan agar proses produksi dapat berlangsung (Suprijatna, 2005)
a.    Biaya Investasi
            Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali dalam satu periode proses produksi untuk memperoleh berapa kali manfaat secara ekonomis yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan jumlahnya cukup besar. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya pembangunan yang dibayarkan pada awal periode usaha. Analisis keuangan diasumsikan umur usaha adalah 5 tahun. Peralatan memiliki nilai ekonomis satu hingga empat tahun, sehingga dibeberapa peralatan setiap tahunnya dilakukan reinvestasi (Wiharto, 1985).
b.   Biaya Operasional
            Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
1.    Biaya tetap
            Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi dan akan dikeluarkan selama usaha berlangsung. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, bagian administrasi, supir dan bagian produksi. Pemberian gaji sebulan sekali dimana setiap bagian berbeda jumlahnya, selain gaji ada biaya rekening listrik dan telepon yang dibayar sebulan sekali dan dihitung dalam setahun yang diasumsikan cateris paribus. Biaya alat dan bangunan atau investasi yang diasumsikan lima persen dari total investasi, alat tulis kantor yang dibeli setiap bulannya digunakan untuk keperluan selama proses produksi dan panen (Prayitno, 1990).
2.    Biaya Variabel
            Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi dan jumlah dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya yang dikeluarkan yaitu biaya transportasi, plastic, biaya promosi (pulsa dll).
1.    Break Even Point/titik impas (BEP)
            Break Even Point atau titik impas (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisa dalam perencanaan keuntungan merupakan Profit Planning Aproach yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (Cost) dan penghasilan atau pendapatan (Revenue) (Yuwono, 1992).
            Hasil volume penjualan tetap sama dengan biaya total atau BEP akan tercapai pada volume penjualan dimana contribution margin (CM) sama besarnya dengan biaya tetap. Analisa BEP digunakan asumsi dasar sebagai berikut:
a.    Biaya didalam perusahaan terdiri dari biaya variable dan biaya tetap
b.    Biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi
c.    Biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume penjualan. Jadi biaya tetap perunit berubah-ubah
d.   Harga jual perunit tidak berubah-ubah selama periode yang dianalisa
e.    Perusahaan hanya memproduksi 1 macam produk
            BEP merupakan titik impas usaha, dari nilai BEP dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha peternakan tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.
   BEP Produksi          =
   BEP Harga               =
2.   Laba/Rugi
Yuwono (1992), menyatakan bahwa keuntungan (laba) atau rugi suatu usaha diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan harga pokok, biaya pemasaran dan biaya umum, laba masih disebut laba kotor. Laba bersih baru didapat setelah ditambah pendapatan di luar usaha (misalnya penjualan limbah) dikurangi biaya di luar usaha (misalnya sumbangan ke Pemda) dan pajak (PPh 25 dan 39).     Laba/rugi = (jumlah produk x harga produk) - total biaya produksi
3.    Return Cost Ratio (R/C)
            R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut.
            R/C= 

BAB III
OPERASIONALISASI
3.1 Waktu dan Tempat
Beternak ayam broiler dengan menjadi inti-plasma perusahaan kemitraan Telur Intan Group di laksanakan pada November2013 – Januari 2014 di Kabupaten Makassar Sulawesi Selatan.

3.2 Budidaya Ayam (komoditas)
Nama                   : Kelompok Petani Ternak “CV. BUDI DAYA SEJAHTERA”
Tempat                :Kabupaten Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
Bentuk usaha     : Budidaya ayam broiler dengan menjadi inti-plasma perusahaan kemitraan PT. Telur Intan.

3.3 Alat dan Bahan
A. Peralatan kandang
1
Tempat pakan
2
Tempat Minum
3
Tempat pakan Kutuk
4
Semprotan
5
Brooder
6
Sekat
7
Seng plat
8
Tirai
9
Baskom
10
Tali





B. Bahan
1
DOC
2
Sekam
3
Deterjen
4
Disenfektan
5
Formalin
6
Jamu
                       
3.4    Teknis Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam usaha ini meliputi fase persiapan teknis,dan pelaksanaan,secara terperinci sebagai berikut :
3.4.1 Persiapan
a)        Pembuatan proposal.
b)        Pengajuan Praktek Usaha Peternakan kepada Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan.
c)        Ujian kelayakan Praktek Usaha Peternakan (PUP).
d)       MoU dengan perusahaan mitra.
e)        Persiapan kandang  dan pengisian DOC
3.4.2. Pelaksanaan
3.4.2.1Persiapan Kandang
Pada pemeliharaaan ayam broiler terdapat dua manajemen penanganan dan pemeliharaaan yang biasa dilakukan ,yaitu sebelum unggas datang dan sesudang datang.  Sebelum unggas datang maka, persiapan kandang sangat diperlukan. Kandang yang terlebih dahulu dilakukan pembersihan kandang tersebut, khususnya kotoran kotoran ayam yang menempel pada kandang tersebut. Setelah dilakukan pembersihan kandang selanjutnya dilakukan pengapuran pada lantai kandang , setelah itu dilakukukan pemasangan alas yang berasal dari terpal atau karung ang dijahit kemudian di lapisi dengan sekam setebal 5 cm sebagai liter. Langka selanjutnya adalah melakukan penyemprotan kandang untuk mensucihamakan kandang tersebut dengan menggunakan desinfektan dengan merek dangan bensalti.
Setelah mensucihamakan kandang dan peralatannya, maka yang harus dipersiapkan adalah membuat chick quard dan  brooder. Chick quard adalah lingkaran pelindung yang biasa terbuat dari seng, layar, karung, triplek atau boks bekas anak ayam umur sehari (DOC). Namun, pelindung terbaik adalah terbuat dari seng.  Brooder adalah tempat untuk DOC selama masih memerlukan panas dari luar sebagai pengganti induk. Alat pemanas yang akan digunakan adalah kompor gas dan lampu listrik sebagai penerangnya. Dengan adanya penggunaan alat pemanas ini maka suhu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ayam, dengan menaikkan alat pemanas apabila suhu terlalu panas dan menurunkan alat pemanas apabila suhu dingin. Dengan demikian maka akan sangat membantu ayam yang masih memerlukan tambahan panas.
3.4.2.2       Pemeliharaan
Pemeliharan ayam broiler terdiri dari pemeliharaan periode pemanasan dan pertumbuhan. Pemeliharaan pada periode pemanasan dimulai ketika DOC datang sampai lepas pemanas. Sedangkan pemeliharaan pada periode pertumbuhan adalah dimulai lepas pemanas sampai dengan masa panen atau ayam dijual.
Pada periode pemanasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:  1).  Menentukan waktu kedatangan DOC, 2). Mengecek kualitas dan kuantitas DOC, 3). Mengontrol temperatur, 4). Memberikan pakan dan minum, 5). Mengatur kepadatan, 6). Mengatur keadaan sekam dan, 7). Melaksanakan  vaksinasi.
Pada periode pertumbuahan, hal hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1). Mengatur luas lantai kandang dan kepadatan ayam, 2). Memberikan pakan dan minum yang tepat, 3). Melaksanakan progrm pencahayaan (lighting program) secara tepat, 4). Melaksanakan program pencegahan penyakit secara terpadu.
3.5    Perlakuan Khusus
Keadaan yang berbeda itu, menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan peternakan ayam potong pola kemitraan pada Telur Intan Group di Malang. Kondisi yang berbeda berkaitan dengan manajemen produksi antara lain: manajemen kandang, manajemen pakan, manajemen minum, dan manajemen brooding.
Manajemen seorang peternak dikatakan berhasil ketika mampu mencapai tingkat FCR (Feed Confertion Ratio) yang serendah-rendahnya dan pendapatan peternak yang sebesar-besarnya. Pencapaian FCR dapat diukur dengan melihat selisih FCR aktual peternak dengan FCR standar perusahaan. Jika FCR aktual lebih rendah dibanding FCR standar perusahaan maka tentu bisa dipastikan peternak akan mengalami keuntungan. Begitupula sebaliknya jika FCR aktual peternak lebih tinggi dari standar perusahaan maka bisa pula dipastikan peternak akan mengalami kerugian. Tinggi rendahnya pendapatan tergantung dari seberapa besar selisih FCR aktual peternak dengan standar perusahaan.
Untuk menekan nilai FCR seminimal mungkin yang dibandingkan dengan standar perusahaan maka dalam praktik usaha ini deberikan penekanan pada segala aspek manajemen, terutama pada aspek pemeliharan  DOC (manajemen brooding) dan memberikan perlakuan khusus yaitu pemberian jamu. Jamu ini terbuat dari bahan rempah yang mengandung antioksidan sehingga memberikan kekebalan tubuh ayam. Jamu ini juga dapat memberikan napsu makan yang baik sehingga pertumbuhan sel tubuh  DOC menjadi banyak, dengan demikian pada masa perkembangan akan menambah bobot ayam. Hal ini dapat terjadi karena jumlah sel yang tumbuh lebih banyak akan berkembang sehingga otot otot dari sel tersebut juga akan banyak pula.
3.6 Aspek Manajerial atau Administrasi
a.         Struktur organisasi

Perusahaaan Inti
PT. Telur Intan

plasma
Kelompok PUP
”CV.BUDI DAYA SEJAHTERA”



Manajemen Perlengkapan

Dedik Harianto
Muhammad Agus

Manajemen Keuangan
Dedik Harianto
Muhammad Agus

Manajemen Pakan
Muhammad Agus
Dedik Harianto



Manajemen Kesehatan
Muhammad Agus
Dedik Harianto
 








Pimpinan perusahaan secara umum bertanggung jawab terhadap pelaksanaan usaha, bagian manajemen perlengkapan, keuangan, pakan dan kesehatan bertanggung jawab terhadap bagian tersebut.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di sepenuhnya sementara ini masih ditangani  dan dijalankan langsung oleh pemilik modal. Dalam hal ini pemilik modal adalah semua anggota kelompok ternak CV. BUDI DAYA SEJAHTERA.
3.6    Evaluasi
Kegiatan evaluasi terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Evaluasi pada saat pelaksanaan, guna mengevaluasi target-target jangka pendek yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan usaha.
2.      Evaluasi Akhir, adalah pertanggung jawaban akademik Praktek Usaha Peternakan setelah usaha dijalankan sesuai waktu yang telah ditentukan.
3.7    Analisa Usaha Budidaya Ayam Broiler Pola Kemitraan
Terlampir
3.8Sumber Dana
Adapun dana diperoleh dari dana pribadi anggota  sebesar Rp. 10.000.000,- untuk menjalani usaha ini. Biaya pakan, obat obatan, vaksin, dan DOC dari Perusahaan Mitra

DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf, M, Panduan Beternak Ayam Pedaging (Bogor: Penebar Swadaya, 2008).

Rusli, Tesis Analisis Keberhasilan Peternak Ayam Potong(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar