Senin, 15 September 2014

Manajemen Agribis Sapi perah


BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Populasi sapi perah di Indonesia (Statistik Peternakan, 2010) tercatat hanya 495. 231 ekor dengan laju pertumbuhan populasi mencapai 4.32 % per tahun. Secara geografis penyebaran sapi perah tidak merata di  seluruh tanah air, sebagian besar sapi perah atau 97% dari populasi terkonsentrasi di Pulau Jawa. Rataan produksi susu sapi perah per ekor baru sekitar 10,5 liter/hari..
Rendahnya produktivitas sapi perah di Indonesia salah satu penyebabnya adalah bahwa 95% sapi perah dikelola oleh peternak kecil dengan kondisi kualitas sumberdaya manusia peternak masih rendah, kepemilikan lahan dan sarana prasarana yang sangat terbatas, kondisi sosial ekonominya sulit, masih rendah skala usaha 3-4 ekor sedangkan orientasi usaha masih bersifat sampingan.
 Populasi dan produktivitas sapi perah tersebut tidak sebanding dengan tingkat konsumsi susu penduduk Indonesia yang berjumlah 210 juta jiwa. Kebutuhan akan susu dalam negeri diproyeksikan meningkat selaras dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat. Populasi nasional yang rendah saat ini menyebabkan produksi susu lokal hanya dapat mensuplai sekitar 24,8 % konsumsi susu nasional. Apabila keadaan produksi susu nasional dibiarkan terus tanpa adanya suatu upaya yang signifikan untuk lebih meningkatkannya, maka kesenjangan antara produksi dengan permintaan akan semakin melebar pada tahun-tahun mendatang. Konsekuensinya adalah ketergantungan terhadap susu impor yang semakin besar akan berdampak terhadap pengurasan devisa negara. Tidak ada pilihan lain selain memacu peningkatan populasi dan produksi sapi perah secara nasional. Upaya peningkatan produktivitas dan populasi sapi perah, guna mencukupi kebutuhan susu nasional sangat diperlukan. Kebutuhan akan susu dalam negeri diproyeksikan meningkat selaras dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat. Dalam era pasar bebas ini, usaha budidaya komoditas peternakan harus mampu memiliki daya saing yang tinggi, sehingga usaha budidaya ternak skala kecil harus dipacu untuk menjadi usaha peternakan berbasis agribisnis dengan meningkatkan skala usaha 6 – 7 ekor. Untuk melaksanakan peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah, maka peternak harus mngetahui selung beluk agribisni peternakan mulai dari perencanaan usaha sampai pada evaluasi usaha. Noleh karena itu dipandang perlu mengetahui hal hal yang menunjang produksi peternakan sapi perah seperti pengetahuan sarana prasarana produksi, bagaimana produksi dilakukan, bagaimana paska panen dan pengolahan produknya, bagaimaan pernncanan p[roduksi dan evaluasi usaha, suppor istem yang terkait dengan usaha tersebut. Dengan demikian akan memudakan pengembangan usaha sapi perah ketaraf yang berkemajuan yaitu peternakan sapi secara agribisnis
B.     Tujuan
Tujuan dari pembuatan tulisan ini agar mampu memeberikan pemaham bagi pembaca bagaimana pengelolaan peternakan secara angribis sehingga tercipta peternakan yang berkemajuan.
BAB II SARANA PRASARANA BETERNAK SAPI PERAH
A.    Pembibitan
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya meningkatkan jumlah dan mutu produksi ternak, dan sebagai salah satu faktor dalam penyediaan pangan asal ternak yang berdaya saing tinggi.
Untuk dapat menghasilkan bibit ternak yang unggul dan bermutu tinggi diperlukan proses manajemen pemeliharaan,pemuliabiakan (breeding), pakan dan kesehatan hewan ternak yang terarah dan berkesinambungan.
Produksi bibit ternak tersebut diarahkan agar mampu menghasilkan bibit   yang memenuhi persyaratan mutu untuk didistribusikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh instansi pemerintah, masyarakat maupun badan usaha lainnya yang memerlukan dalam upaya pengembangan peternakan secara berkelanjutan dan berdaya saing.
1.      Jenis sapi perah
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua,  yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
Di indonesia banyak  sapi perah namun yang banyak dipelihara adalah frisien Holstein. Berikut in beberapa jenis sapi perah produksi tinggi
1.      Fries Holland (FH), PFH ; Asal Belanda
2.      Jersey ; Asal Inggris bagian selatan (Pulau Jersey)
3.      Guernsey ; Asal Inggris (Pulau Guernsey)
4.      Ayrshire ; Asal Scotlandia  Selatan
5.      Brown Swiss ; Asal Pegunungan Swiss
6.      Milking Shorthorn ; Asal Timur Laut Inggris
7.      Sahiwal ; Asal Pakistan
8.      Red Sindhi ; Asal India
9.      Sapi Grati ; Asal Indonesia. (Hasil Persilangan Sapi Jawa dengan Sapi FH)
2.      Pemilihan ternak bibit
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:  (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik,apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan  pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup  lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah putting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 45 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang  tinggi kepada anak anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e)  besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat sifat pejantan  yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g)  muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup  terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan  panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,  bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
3. Persyaratan khusus bibit sapi perah betina yaitu

a) Umur          
15-20 bulan.
b) tinggi punda             
minimum 115 cm.
c) berat badan
minimum 300 kg.
d) lingkar dada
minimum 155 cm.
e) warna bulu           
hitam putih atau merah putih sesuai dengan karakteristik sapi perah
f) ambing                     
ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting 4 dan bentuk   normal

g) tanduk        
sudah di-dehorning.

h)status kelahiran       
bukan dari kelahiran kembar jantan dan betina (freemartin)

i)potensi produksi       
memiliki informasi potensi produksi tetua (> 4.000 kg per laktasi)


3.      Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau  belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
4.      Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi  kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
Body condition score sapi perah
a.    Pembuatan kandang sapi perah hendanya memperhatikan beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:Sapi perah, seperti jenis “Frisian Holstein”, berpotensi tinggi sebagai penghasil susu , tetapi produksi yang tinggi hanya dapat dicapai jika tersedia kondisi nyaman dan benar bagi ternak. Salah satu kondisi yang harus dipenuhi adalah tersedianya fasilitas kandang yang layak.
1.      Ternak harus terlindung dari hujan dan matahari langsung, karena hujan akan membuat kandang menjadi berlumpur dan hal I ni akan menciptakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkenganan bakyteri di dalam kandang, sedangkan sinar matahari langsung mempengaruhi bagian bulu berwarna putih pada sapi, khususnya pada ambing yang sangat sensitive terhadap sinar matahari
2.      Ternak harus beristirahat pada permukaan lantai yang kering dan bersih untuk mengurangi erjangkitnya penyakit, trutama mastitis. Permukaan lantai harus kasar sehingga dapat mengurangi resiko tergelincir, karena hal ini sering menjadi penyebab kerusakan putting sapi.
3.      Ventilasi kandang menjadi lancer. Panas berlebuhan yang dihasilkan tubuh sapi karena proses metabolisme, dengan mudah dapat dihilangkan/ mengalir keluar. Selain itu desain kandang harus dibuat sedemikian rupa sehingga bila diperlukan kita dapat melakukan pemeriksaan ternak dengan mudah.
4.      Air minum yang bersi harus tersedia dan tempat pakannya juga harus mudah dibersikan
5.      Ternak harus dapat bergerak dengan leluasa untuk menjaga kesehatan kulitnya
6.      Kotoran sapi harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya lalat.
b.    Model model kandang
Model model kandang meliputi: (1). Berdasarkan atap, (2) desain,(3) fungsi.
Kandang berdasarkan atap antara lain, kandang monitoring, gable roff, gabble. Menurut desain kandang terbagi atas kandang gembala yaitu kandang yang merupakan hamparan rumput yang luas yanghanya di pagarai dengan besi dan ditanamai pepohonan agara tidak terkena matahari jika terik matahai pana dan tidak kehujanan/ basa kuyup jika hujan dan kandang intensif yaitu kandang yang diperuntukan agar penenganan ternak lebih mudah dan segalakebutuhan ternak diberikan oleh peternak. Sedangkan berdasarkan fungsinya adalah kandang jepeit, merupakan model kandang bertujuan agar sapi yang mengalami penanganan khusu dapat dilakukan dengan mudah dan mengurangi resiko kecelakaan karean amukan sapi.
c.    Desain dan ukuran kandang
Pada kandang system ikat, lebar kandang ntuk stiap ekor sapi ukurannya cukup besar, sebaiknya tidak lebih dari 120 cm. untuk sapi ukuran lebih kecil, lebar kandang dapat diliahat pada table. Ukuran lebar kandang ini dibuat agar sapi tidak berbaling melintang sehingga kotoran atau kencingnya tidak mengotori kandang
Panjang lantai kandang sebaiknya dirancang sesui dengan ukuran panjang sapi. Hal ini dimaksudkan agar kotoran sapi dapat lansung jatuh ke selokan yang terlatak dibelakang sapi. Ukuran panjang lantai kandang untuk sapi ndewasa umumnya 175 cm. untuk sapi ukuran yang lebih kecil, panjang lantai kandang dapat diligt pada table. 1

Ukuran (cm)
Berat badan (kg)
200
300
400
500
600
Lebar sekat
80
90
100
110
120
Panjang lantai
125
140
155
170
175
Table.1 ukuran kandang berdasarkan berat badan
Lantai kandang sebaiknya didesain dengan kemiringan 2% kearah selokan agar mudah dibersikan dan selalu dalam keadaan kering. Lantai harus kuat dan tahan  terhadap takanan sehingga tidak muda ruask/peca akibat tekanan berat badan sapi diatasnya.  Permukaan lantai dibuat tidak licin/agak kasar sehingga sapi tidak mudah tergelincir.  Lantai yang paling kuat dan paling murah adalah terbuat dari beton. Lanytai dari kayu bisa saja digunakan, asdalkan harus diganti bila lantai tersebut sudah tidak layak pakai lagi. Pada prinsipnya, lamntai kandang harus dibuat dari bahan yang kuat dan muda dibersikan.
Sebaikanya antara satu sapi dengan sapi lain didalam kandang dipisakan oleh sekat membujur yang panjangnya sesuai dengan panjang badan sapi. Sekat harus dibuat dengan tujuan agar sapi tidak dapat berbaring melintang sehingga kotoran dan kencingnya tidak mengotori lantai kandang. Selai itu penyekatan juga berguna agar sapi tidak dapat saling menginjak, terutama untuk menghindari terinjaknya putting sapi oleh sapi lain disebelahnya.
Tempat pakan (palungan) yang terletak di depan sapi juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga kepala dapat menjulur diatas palungan pada saat sapi sedang berbaring sambil mememakbiak. Jadi, tempat pakan di dalam kandang sapi harus cukup renda, yaitu hamper sama tinggi dengan lantai kandang     
d.   Peralatan dan kelengkapan kandang
Peralatan dan kelengkapan kandang seperti gudang pakan , mesin coper, alat pemerhan, culing, sekop, arko, lab, tempat minum dan pakan, dll
C.    Lokasi Peternakan
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
D.    Tenaga Kerja 
Tenaga kerja yang digunakan disesuikan denga kebutuhan peternakan . tenaga kerja yang digunakan harus memiliki sifat seperti, rasa saying kepada ternak sehingga perlakuan kepada ternak juga baik, dengan demikian mengurangi stress pada ternak, sisiplin yang tinggi karena pengolahan sapi perah membutukan keuetan dan dedikasi tinggi dan penangan ekstra,
Tenaga kerja yang te;lalh bekerja dipeternakan perlu dilakukan training dan pelatihan agar pengetahuan mengenai fungsi fungsi pelaksanaan tekni diketahui, dengan demikian kesadaran akan pentingnya penangann dan kesesuian prosedur dapat berjalan.
E.     Investasi
 Peternakan tidak terlepas dari benda benda investasi. Investasi ini merupakan bendanda yang dapat difungsikan dengan jangka panjang. Barang investasi ini dapat meliputi:
1.      Bangunan pengkatoran
2.      Gudang
3.      Intalasi listrik
4.      Instralasi air
5.      Kendaraan
6.      Dll

BAB III PRODUKSI SAPIH PERAH
A.    Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharan sapi perah yang baik sangat mempengaruhi produktifitas sapi. Dalam melakukan menejerial pada sapi, tiga hal yang mempengaruhi keberasilan yaitu a). bibit, bibit ini mempengaruhi produktifitas ternak dengan pengaruh sebesar 20 %, b). pemeliharan, pemeliharan sapi berpengaruh sebesar 10 %. Dan c). pakan  berpengaruh sebesar 70 %  sehingga jika dikalkulasikan menjadi 100%.
Manajemen pemeliharan sapi perah berdasarkan fungsi pemeliharaannya. Manajemen pemeliharan sapi terbagi tujuan produksinya, pembagian manajemen pemeliharaan ini bertujuan agar sapi produktifitas yang diperoleh dapat mencapai titik puncak. Dari manajemen pemeliharan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hal ini karena saling berkelanjutan dan saling berkesinambungan. Manajemen pemeliharaan itu meliputi:
1.      Manajemen pemeliharan pedet.
Pemeliharan sapi pedet memrlukan suatu ketelitian jika dibandingkan dengan sapi dewasa.anak sapi/pedet yang dilahirkan dalam kondisi lemah akan sulit dibesarkan dari pada sapi yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Angka kematian pedet dapat mencapai 20 persen untuk anak sapi dibawa tiga bulan, namun angka kemetiantersebut dapat lebih tinggi lagi jika peternak tidak memperhatikan teknik teknik pemeliharaan yang bnar : control kesehatan, pemberian pakan, pemberian suisu, perkandangan dan lain-lain. Beberapaph hal yang harus di perhatikan dalam pemeliharaan pedet yaitu :
 a). Pra Melahirkan,
hal hal ayng perlu di perhatikan pra melahirkan adalah,Persiapan kandang pedet/ box pedet, Sarana alas; jerami kering dsb,  Membantu Persalinan/ Proses   kelahiran
b).    B. Pasca kelahiran
setelah penanganan kelahiran sesegera mungkin Pedet diletakkan pada tempat yang  kering,  Box pedet yang telah tersedia, Membersihkan lendir pada,rongga tenggoroan, hidung,dan membantu mengeringkan badan pedet. Memotong tali pusat ± 2 cm.dari pangkalnya dan didesinfeksi dengan larutan Yodium.Penandaan pedet.
c). . Hal-hal yang penting harus dilakukan :
setelah kelahiran pedet segera berikan kolostrum ; 0.5 – 1 liter, tidak lebih dari 2 jam setelah pedet lahir. Berikan lagi 2 liter, dalam jangka waktu 6 jam berikutnya ( 2-3 liter untuk 6 jam.) Selanjutnya ; 1,5-2 liter kolostrum segar 3 kali sehari selama 5-7 hari  berturut turut. Selanjutnya ikuti petunjuk pebeerian susu sebagai berikut:
table. 1. Pedoman Pemberian Susu Segar, Konsentrat, Rumput Dan Air Pada Pedet
MMG      ke
SUSU SEGAR (liter/hari)
KONSENTRAT
Kg/hari (ad.lib)

AIR BERSIH
RUMPUT
1
KOLOSTRUM     4  -  5 
X
X
X
 2
 4 - 5
 0,1
 ad libitum
  ( sesukanya )
  ad libitum
( sesukanya )

 Diberikan  kering
    atau hay
 3
 4 - 5
 0,2
 4
 5 - 6
 0,3
 5
 5 - 6
 0,4
 6
 5 - 6
 0,5
 7
 5 - 6
 0,6
 4 - 5
 0,7
 9
 3 - 4
 1,0
 10
 2 - 3
 1,2
 11
 2 - 3
 1,3
 12
 1,5
 1,5
13
 1
 1,5
14
 0
 0,1
2.      Manajemen pemeliharaan sapi darah
Sapi darah adalah induk dikemudian hari. Kondisi selama pertumbuhan sapi perah dara akan mempengaruh sanngat besar terhadap kemampuan berproduksi air susu pada dewasa. Sapi- sapi perah dara pengganti biasanya meupakan kelompokn yang diabaikan dalam usaha sapi perah. Sering kali  hanya sedikit perhatian yang diberikan  kelompok sapi ini setelah lepas sapi, karena secara ekonomi merupakan kelompok yang tidak memberikan hasil. Tentunya hal ituu menjadi kekeliruan besar dalam upanya meningkatkan sapi –sapi yang ada, karena akan berakibat terhambatnya  petumbuhan yang optimal. Dengan demikian maka pada waktu sapi – sapi betina beranak yang pertama kali bobot  badanya tidak mencapai  ukuran normal dan tetap kelihatan kecil. Disamping itu bobotnya kecil, lambat pertumbuhannya juga berakibat terhadap mundurnya  umur beranak pertama sampai 3 tahun atau lebih.
Apabila sapi sapi diharapkan untuk berproduksi sesui dengan potensi genetiknya perhatian harus lebih ditingkatkan terutama pada periode lepas sapih yaitu mulai umur 3 bulan sampai pada saat sapi dara dikawinkan sekitar umur 14-18 bulan. Karena periode ini merupakan periode kritis perkembangan jaringan susu yang akhirnya akan menjadi jaringan yang mensintesis susu. Tingkat pertumbvuhan sangat dipengaruhi oleh sstatus nutrisi pakan yang diberikan selama kritis tersebut. 
Pada periode ini merupakan masa dimana fase pertumbuhan ambing. Sel-sel seketoris akan berkembang. Pertumbuhan ambingdan perkembangan berlangsung dalam beberapa fase. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada fase tertentu sangtat mempengaruhi untuk kemapuan berproduksi susu. Oleh karena pemberian pemberian pakan yang baik sesui demngan kebutuhan sapi sangat penting untuk menunjang kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan ambing.
Berikut in kebutuhan nutrisi sapi perah periode dara, diberikan untuk pertumbuhan dan perkembangan sapi yang optimal.
Tabel. 2. Kebutuhan Zat Pakan Sapi Perah Dara Periode Tumbuh
Bobot badan(kg)
Pertamnbahan (gr/hari)
Umur (minggu)
Neg+m (mkal)
TDN
(kg)
Protein (kg)
40,9
409
1
2,00
0,93
0,18
45,5
454
3
2,14
1,02
0,20
68,2
636
8
3,33
1,78
0,36
90,9
772
13
3,90
1,85
0,43
136,4
772
21
5,24
2,53
0,59
181,8
772
29
6,31
3,07
0,73
227,3
772
37
7,33
3,60
0,83
227,7
772
45
8,28
4,14
0,85
318,2
772
54
9,21
4,67
0,88
363,6
772
63
10,10
5,22
1,01
409,1
772
71
10,96
5,80
1,14
454,5
722
80
11,79
6,40
1,29
Sapi perah bangsa kecil
Bobot badan(kg)
Pertamnbahan (gr/hari)
Umur (minggu)
Neg+m (mkal)
TDN
(kg)
Protein (kg)
27,3
318
1
0,47
0,47
0,18
34,1
363
2
0,70
0,70
0,23
45,1
363
10
1,27
1,27
0,,27
68,2
454
19
1,57
1,57
0,34
90,9
499
19
1,71
1,71
0,42
136,4
590
37
2,42
2,42
0,57
181,8
590
48
1,98
2,98
0,70
227,3
590
59
3,54
3,54
0,73
227,7
590
70
4,12
4,12
0,79
318,2
590
81
4,77
4,73
0,94
Prinsip pemeliharaan sapi dara adalah tercapainya kawin pertama yang optimal pada umur 16-18 bulan dengan bobot badansekitar 250 kg sampai 300 kg. Untuk petumbuhan sapi dara perlu diatur. Agar  tercapai bobot kawin  yang optimal, sebaiknya diupayakan pertumbuhan sapi dara sekitar 600 gram sampai 700 gram/ekor/hari melalui pengaturan sistem pemberian pakannya
3.      Manajemen pemeliharan sapi indukan
Beberapa pekerjaan rutin yang dilakukan pada sapi prah induk yang suda laktasi adalah : pemeliharaan kuku, pembersihan badan, pemerahan, pengawasan kesehatan dan pemberian pakan. Pekerjaan  harus dilakaukan secara tetap dan teratur, demikian pulah pengelolaannya harus sabar dan memeiliki nrasa saying terhadap sapinya.
a.       Pemotongan kuku
Tusapi yang dikandangkan secara terus menerus pada umumnya gerakannya terbatas, apabila ditunjang dengan lantai kandang yang terlalu basa maka akan mengakibatkan jari kuku bagian bawa menjadi lunak. Pemotongan kuku dilakaukan secara rutin yaitu 6 bulan sekali, karena kuku yang panjang akan menyulitkan sapi un tuk berdiri dengan posisis yang benar. Selain itu akan membentuk kaki yang melengkung dan akan mengendorkan ambing. Dengan demikaina akan menurunkan produksi susu, karena sapi berdiri tidak nyaman. Selain itu kuku yan panjang akan berakibat pada kesehatan sapi. Kuku panmjang menjadi kropos, mudah pecah dan berlubang- lubang sehingga akan mudah membusuk untuk berkembangnya mikroorganisme pathogen.
b.      Pembersian badan
Pemeliharaan badan yaitu  yaitu menjaga kebersihan badan  sapi dengan memendikan secara rutin dan menjaga bulu dan kulit agar tetap halus dengan cara menggosok dan mengerok. Karena dengan kulit yang bersi akan memperlancar evaporasi, terlebih di daerah tropis. Dengan semakin lancer evaporasi maka akan memperlancar peredaran darah yang berperan mensuplai bahan penyusun susu.
c.       Pemerahan
Pemerahan merupakan factor  ekstern yang ikut menetukan produksi susu yang meliputi cara pemerahan, pemerahan dan frekuensi pemerahannya. Pemerahan biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan tangan ( hend milking) dan machine milking menggunakan mesin. Kedua duanya merangsang merupakan serangkai proses untuk merangsa sntesis dan sekresi air susu secara normal.
4.      Manajemen pemeliharaan sapi kering kandang
Penangan sapi kering merupakan tahap perbaikan kondisi tubuh ternak agar dalam proses kelahiran dapat normal. Selain itu, penanganan ini untuk mengembalikan dan perbaikan sel sel seketoris pada ambing agar susu yang akan diproduksi pada periode berikutnya dapat meningkat atau minimal sama dengan produksi periode yang lalu.
Penangan/ mmanajemen yang utama diperhatikan adalah pemberian pakan yang cukup sesui dengan kebutuhan, pemberian pakan khusus akan lebih baik. Penyusunan pakan dapat di dasarkan pada
;(1)  hidup pokok, (2) perbaikan jaringan sel tubuh/ maintence, (3) perkembangan janin/ fetus. Dengan pemberian pakan yang cukup akan memberikan hasil yang baik.pedet akan berkembang dengan semestinya dan produksi dan kesehatan induk sapi akan terjaga karena ketahanan tubuh tercapai karena kebutuhan nutrisi tercukupi.
B.     Manajemen Pakan
Pada usaha sapi perah secara intensif, biaya pakan pakan hamper mencaipai 60- 70 % dari biaya produksi. Kecuali peternakan rakyat yang menggunakan pakan dari limbbah pertanian. Oleh karenah itu pemberian pakan haruslah se-ekonomis mungkin namun tidak mengurangi kandungan nutrisi yang dibutukan sapi.
Pada dasarnya manajemen pakan/ pemberian pakan merupakan metodeh pemberian pakan dengan memperhatikan kondisi rumen. Pemberian pakan harus dapat menciptakan kondisi optimal kehidupan mikroba rumen. Pemberian pakan dengan memperhattikan kondisi rumen bertujuan agar mikroba rumen dapat dapat tumbuh dan melakuykan fermentasi mikroba, dengan kondisi rumen yang stabil akan membuat bakteri berkembang dengan baik. Dengan kondisi rumen yang stabil akan menyebabkan suplai makanan akan tterus menerus dan mikrobah akan melakukan fermentasi
Pemberian pakan sebaiknya diberikan dengan kondisi kering , hal ini karena fungsi air liur sebagai stabisator keasaman lambung. Dengan demikian akan menstabilkan kondisi rumen. Dengan demikian mikroba akan dapat berkembang dengan baik secara optimal. Sumber pakan yang diberikan akan dimakan oleh mikroba, protein,(asam amino + NPN) akan di ubah menjadi protein bay pass dan protein tersebut akan diserap oelh tubuh.
Kebutuhan zat makanan yang diberikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan fetus, hidup pokok, pertumbuhan dan produksi susu. Dengan suplai makanan yang cukup akan menyebabkan perkembangan fetus baik, dan produksi susu juga akan optiman. Namun jika kebutuhan makan tidak terpenuhi makan suka cadangan makanan pada otot akan di pecah menjadi sumber energy, sehingga akan menyebabkan sapi akan kurus, dayah tahan tubuh menurun dan aikan menyebabkan tersa sapi mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh yang menurun serta akan menyebabkan penurunan produksi susu.
Hal hal yang harus diperhatiakn dalam pemberian pakan pada sapi perah sebagai berikut :
1.      Kebutuhan Nutrisi (Protein Dan Energi): (bobot badan (kg/ekor), pbbh (gram/hari/ekor, masa kebuntingan ( 8-9 bulan), produksi (liter/hari/ekor), mutu susu (% fat).
2.      Memilih bahan pakan (Mudah didapat,Tidak mengganggu kesehatan, Disukai ternak, Bernilai gisi dan mudah dicerna, Harga murah)
3.      Menyusun Ransum: (kebutuhan hidup pokok dicukupi oleh rumput yg diberikan scr adlibitum, Kebutuhan produksi susu dipenuhi oleh konsentrat dimana setiap 1 kg konsentrat dapat menghasilkan 2 liter susu.
4.      Pemberian Konsentrat: (Awal laktasi= Prod susu/2 + 1, Pertengahan laktasi= Prod susu/2, Akhir laktasi = Prod susu/2 – 1, Menjelang melahirkan “ steaming up” 2 mg sebelum melahirkan berikan jumlah dan mutu pakan yang baik.
C.    Manajemen Kesehatan
Pemeliharaan sapi perah untuk mencapai produksi yang optimal adalah dengan cara melakukan pengondisian ternak menuju ternak yang sehat. Manajemen pemeliharan harus mendukung kesehatan ternak. Salah satu manajemen yang harus dilakukan adalah penegelolahan kesehatan ternak sapih perah. Manajemen pkesehatan sapih perah terbagi menjadi dua yaitu pencegahan dan pengobatan.Penyakit yang biasanya sangat merugikan pada sapi perah ada tiga jenis yaitu mastitis, cacingan dan kaki pincang. Penyakit ini in jika dialakukan penanganan yang baik akan mencega terjadinya penyakit tersebut. Pengelolahaan penyakit yang harus dilakukan yaitu:
1.      Pencegahan penyakit
Tindakan pencegahan penyakit adalah  utama yang harus dilakukan untuk keberlansungan hidup dan kesehatan hewan pemeliharaan sapi. Pada dasarnya tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan hal hal berkaitan dengan perkembangan mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit: a). pemberian pakan sesui dengan kebutuhan sapi, kebutuhan sapi yang terpenuhi akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga kemungkinan terserag penyakit akan sedikit. b). manajemen kandang yang baik, manajemen kandang harus memperhatikan sanitasi kandang, aliran kotoran ternak, sirkulasi udarang dan kelembaban kandang harus diperhatikan. c). pencatana dan pengamatan gejalah gejalah sapi yang sakit, tindakan ini sangat pentinmg untuk melakukan diagnose penyakit  yang diderita oleh sapi. 
2.      Pengobatan
Pengobatan sapi dilakukan tentunya harus dilakukan pada sapi yang terjangkit tertentu. Pengobatan hendaknya disesuikan dengan spesifikasi penyakit agar muda penanganannya, oleh karena itu keterangan keterangan sapih yang terjangkit penyakit memliki data lengkap agar pengobatan cepat tertangani. . hal -  hal yamng penting perlu di ceritakan pada dokter hewan yang hendak dimintai pertolongan, yyaitu segala gejalah-gejala atau tanda – tanda sakit, dan tingka laku hewan sakit sebelum dan sesuda diobati.
Ada 9 hal gejala gejalah hewan ternak sapi yang menunjukan sakit dapat dilihat dari :
1.      Gangguan kondisi badan
Hewan yang sakit pada umumnya tidak saja menjadi mundur dan menjadi kurus. Tingkat kekurusan badan itu tergantung dari maju mundurnya nafsu makan dan  payahnya penyakit.
2.      Perubahan tempramen
Hewan yang sehat terlihat segar dan gembira, matanya bersinar, telinganya bergerak dan perhatian terhadap keadaan sekelilingnya. Hewan yang sakit tidaklah memperdulikan apa yang terjadi di sekelilingnya, mata suram seperti mengantuk dan  telinga jarang digerak-gerakan


3.      Perubahan kulit
Kulit hewan yang sehat biasanya lemas, halus dan muda dilipat. Pada hewan sakit kulitnya seringkali kaku, kering, kasar dan tidak muda dilipat, rambutnya suram, kadang juga berdiri tidak berkilat
4.      Panas badan
Panas badan sapi sehat dan normal adalah antara 38 derajat sampai 39,5 derajat celcius : pada soreh harinya agak lebih tinggi dari pada waktu pagi hari. Panas badan itu sangat dipengaruhi oleh keadaan sekellingnya. Panas matahari, pergerakan badan atau kerja berat dapat meningkatkan panas  badan hewan sehat. Oleh karena itu sapi yang hendak diukur panas suhunya harus ditempatkan pada dan diistirahatkan beberapa saat terlebih dahulu pernapasannya, naik turunya tidaka hanya menjadi lebih cepat (lebih 30 kali permenit), tetapi juga lebih keras, gelisa dan tidak teratur, sedang lubang hidungnya sering terbuka lebar menghembuskan napas.
5.      Perubahan nafsu makan
Banyak penyakit yang disertai kekurangan atau kehilangan nafsu makan sama sekali. Tingkat kkekurangannya nafsu makan ini perlu dilakuakan perlakuan/ perhatian, ada yang hanya suka makan comboran(bubur)-nya tetapi masih suka makan rumput. Dan gejala nafsu makan lainya.
6.      Buang kotoran yang abnormal
Sapi yang sehat pada umumnya slama 24 jam membuang kotoran 12-18 kali, sebanyak 20-40 kg. dalam keaadaan sakit lebih jarang atau terlalu sering, sedang jumlahnya dapat sangat kurang atau terlalu banyak.
7.      Kotoran sapi yang normal berupa bubur kental dengan kadar air ± 85 %, yang susdah jatu dapat berupa tumpukan yang lembek, warnanya semihijau tua serta baunya spesifik. Jika menyimpang dari sisfat-sifat tersebut diatas dpat dikatakan sapi itu sakit, misalnya terlalu encer, terlalu keras, warna dan bau yang berlebihan. Kotoran yang yang tidak shat kadang kadang ditemukan bagian-bagian yang tidak wajar seperti lendir, darah, nanah, cacing makanan yang tidak tercerna pasir dan sebvagainya.
8.      Kencing yang abnormal
Sapi sehat pada umumnya selama 24 jam, 5-7 kali sebanyak 6-7 liter, tergantung pada banyak sedikitnya minum, warnanya kuning jernih. Pada sapi yang sakit, kencing terlalu banyak, terlalu  sering, atau terhenti sama sekali, keluarnya susksr atau tidak terkendali,  warna dapat berubah menjadi terlalu pucat atau tak berwarna seperti air, atau hijau tua kekuning keningan tauy merah coklat bercampur darah.
9.      Perubahan – perubahan pada alat kelamin
Alat kelamin sapi betina dari l;uar dapat menunjukan hal yang tidak normal, misalnya kebengkakan dari vulva dan sekitarnya, dinding vagina yang berdara, merah dan kebeiru-biruan : dari vulva keluar kotoran lender bernanah atau berdarah yang berbau busuk atau tidak.pada kelamin jantan, kadang-kadang dapat dilijhat perubahan perubahan sebagi berikut: kebengkakan bua pelir, scrotum atau prepotium, keluarnya kotoran dari penis dan sebagainya.
3.      Perawatan sapi sakit
Sapi yang terjangkit penyakit sesegerah mungkin di pisakan dari kawananya, hal ini sangat penting untuk mmencega tersebarnya penyakit hewan menular, serta gunna menjamin  kebersihann dan kesehatan susu, tetapi jugha untuk memudakan perawatan sapi-sapi yang sedang sakit itu sendiri. Untuk mengobatai sapi, lebih lebih yang nakal, kadang kadang harusdiikat dan  dimasukan kedalam kandang paksa agar penangananya akan lebih muda dan menghindari kecelakaan. Beberapa tindakan perawatan sakit yaitu :
1 memberikan obat
Pada umumnya obat-obatan yang diberikan kepada spi berupa cairan, larutan atau berupa bubur. Obat yang cair diberikan dengamn menggunakan botol dituangkan kedalam mulut sapisementara kepala diangtkat keatas. Pengangkatan kepala ini tidak boleh terlalu tinggi, sebab jikaterlalu tinggi tidak dapat menelan ,dan tidak jarang obat masuk kedalam tenggorokan jatu ke dalam paru-paru, hal mana dapat membahayakan hewannya. Obat yang tidak dapat dilarutkan, sebaiknya diberikan dalam bentuk elektuarium atau gumpalan bubur nasi campur air gula atau gula jawa.
2. Memberikan lavemen
Adakalanya sangat perlu mengeluarkan kotoran dari dubur (anus) sapi dengan jalan member lavamen, yakni memesukan air sabun hangat kedalam usus besar denngan perantara pipa karet irigtor. Cara memesukan dilakukan sebagai berikut: setelah irrigator diisi dengan air sbun hangat dan tangan dilincinkan dengan minyak kelapa, maka ujung pipa kare tersebut digenggam dengan tangan yang tyelah dilicinkan , ditenga-tenga kelima jari yang dikuncupkan , kemudian dengan perlahan-perlahan dimasukan kdalam rectum /dubur kedalam usus belakang , hingga masuk sepanjang tangan atau ± 40-50 cm. selama memasukan pipa karet itu, irrigator yang berisi air diangkat lebih tinggi, sehingga air mengalir perlahan ke dalam usus . semenytara tangan tang memegang pipa tetap pada tempatnya.
4.      membersikan alat kelamin
adakalanya alat kelamin betina (vagina) atau alan kelamin jantan (preapetium,penis) itu harus diberikan  dengan obat penghapus hama (desinfektan). Untuk itu cairan perbersi itu dapat disemprotkan perlahan- lahan kedalam atau menggunakan irrigator seperti pada lavmen. Untukmengiringi kantong anak (uterus) seperti sering dilakukan, jika ari-ari (secudinaae) tidak keluar sesuda beranak , baiklah serahkan saja pada orang ahli, sebab kalau m,elakukan nya dapat beberbahayakan si penderita.
D.    Analisis Usaha
Pada tahap analisi usaha, sangatlah penting untuk memulai usaha yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar pengusaha dapat mengetahi apaka usaha ini layak untuk dikembangkan atau tidak. Biasanya ana lisiss usaha meliputi perbadingan antara pengeluaran dan pendapat  dalam jangka waktu tertentu. Yang menjadi bahan alasisis adalah pengeluaran yang meliputi: (1)  investasi , (2) biaya tetap, (3) biaya tidak tetap. Sedanglkan pemasukan meliputi aspek yang mendtangkan profin seperti susu, penjualan sapi afkir, kotoran ternak, penjuan pedet dll.
Berikut ini contoh analisis usaha sapi perah dengan 5 ekor induk
1.      Biaya bibit 5 ekor x Rp. 3.500.000                            Rp. 17.500.00
2.      Kandang                                                                    Rp. 5.000.000
3.      Peralatan:
a.       Milk can 3x Rp.100.000                                      Rp.300.000
b.      Lain-laian ( sekop,ember dll)                               Rp. 50.000
Penyusustan
1.      Bibit diapkir umur 10 tahun, harga afkir                   Rp. 1.500.00
Nialia penyusutan RP 16.666 /bulan x 5                    Rp 84.000
2.      Kandang masa pakai 10 tahun, harga bekas              Rp. 84.000
Nilai susu Rp.29166/bulan
3.      Milk can masa pakai 5 tahun, harga bekas                 Rp. 10.000
4.      Nilai susu rp. 1500/bulan x 3                                     Rp. 4.500
Pengeluaran  perubahan bulan
1.       Biaya tetap
a.       Bibit                                                                     Rp. 84.000
b.      Kandang                                                              Rp. 29.166
c.       Peralatan                                                              Rp. 10.000 +
Rp.123.166
2.      Biaya tidak tetap
a.       pakan hijauan 5x 40 kgx Rp 50                           Rp 300.000
b.      konsentrat 5x6 kg x 30 xRp 900                          Rp. 810.000
c.       tenaga kerja 1 orang                                             Rp. 300.000
d.      obat-obatan                                                          Rp. 50.000
e.       lain lain                                                                 Rp. 50.000 +
Rp. 1.510.000
Total biaya perubahan bulan 1903.666/bulan atau sebesar Rp.18.120.000/ tahun
Penerimaaan dalam 1 tahun
Produksi rata-rata satu masa laktasi 13 liter/ekor /hari, dimana minimal 4 ekor sapi yang berproduksi
1.      Penjualan susu
4x 13x 30 Rp 1.100 x 12                                            Rp. 20.592.000
2.      Pedet 2 ekor x 1.500.000                                            Rp. 3.000.000
3.      Pupuk                                                                          Rp. 50.000        +
Rp 23.642.000

Total penerimaan / tahun
Keuntungan = Rp 26.810.000 – Rp 18.120.000
                      = 5.522.000/tahun = 460.166/ ulan
BAB IV PASCA PANEN
A.    Hasil panen
Hasil utama  yang di peroleh dari  budidaya sapi perah adalah susu yang sdihasilkan dari indukan sapi betina. Hasil lain sebagai sumber pemaukan adalah pedet, limbah kotoran ternak yang dijadikan pupuk, karung bekas pakan
B.     Pengolahan
Susu yang dihasilkan peternak terkadang tidak seimbang dengan biaya produksi, biaya produksi yang tinggi dan harga susu yang rendah terkadang mencekek leher peternak. Oleh karena itu salah satu cara yang dilakaukan adalah pengeolahan susu sapi itu sendiri., produk susu sapi sangat banyak macamnya, keputusan terletak pada peternak akan memproduklsi olahan susu yang baik dan menguntungkan sesuai dengan keadaan dan permintaan konsumen. Prodak prodak yang dihasilkan sangat banyak mulai olehan susu pasteurisasi sampai produk turunan lainya. Tentunya untuk mengolah susu menjadi sumber penghasilan tidak muda perlu adanya keahlian. Keahlian in apat didapatkan melalui kursus, uji coba dan meniru prouk lainya. Produk yang telah banyak di kenal masyarakat seperti yoghurt, susu pasteurisasi, eskrim susu, tahu susu (dangke) cake susu, dodol susu, keju dan lain sebagainya.
C.    Pemasaran
Susu yang dihasilkan oleh peternak sebagian besar disetorkan ke KUD. Koperasi menerima susu dari peternak sesui dengan harga standar. Terkadang harga susu tidak sebanding dengan biaya produksi. Pemasaran hasil produksi tergantung sebesar pengaetahuan peternak. Peternak yang memiliki informasi yang luas akan mendapatkan untung yang lebih dibandingkan dengan peternak yang sisitem imformasinya sangat terbatas / jaringan sedikit. hasil pemerahan akan disetorkan ke KUD kemudian koperasi yang akan mengelolah dan memasarkan susu sapi baik bentuk susu cair maupun susu  yang telah diolah. Peternak yang ingin suskses akan melakukan pencarian informasi terkait dengan budidaya ternak perah, pengolahan, pemasaran dan sistyem informasi yang dapat digunakan serta membangun sebua jaringan sehingga kekuatan peternak tersebut akan memilki kekuatan tersendiri dan memiliki daya saing dan keuntungan yang lebih.
BAB V SUPPORT SISTEM
A.    Informasi  usaha
Peternak yang akan mengalami perkembangan yang pesat ditandai dengan kekuatanya mencara informasi terkait dengan usaha yang dilakukan. Informasi yang ada dapat bersumber dari relasi, internet dan lembaga lembaga terkait dengan usaha yang dilakukan. Peternak sapi perah tentunya akan melakukan pencarian informasi jaringan yang berkaitan dengan produksi sapi perah, pemasaran, pengambangan usaha dan membangun jaringan yang saling memperkuat usahanya.
B.     Membangun jaringan
Keberhasialan usaha peternakan sapi perah sangat berpengaruh jika peternaka memiliki jarinan yang luas. Kemampuan membangun jaringan dapat dilakukan dengan kemapuan bessosialisisai dengan masyarakat, kempuan lobyying, negosiasai dan kempuan skil lainya yang berkaitan dengan kehidupan social. Jarigngan dapat dimilai dari hal terkecil seperti memperkuat informasi, pengetahuain mengenai apa yang akan dilakukan. Berkaitan dengan peternakan maka salah satu hal kecil yang harus dilakukan adalah memahama kegiatan usaha sapi perah yang akan dilakaukan.
Membangun jaringan juga dilakukan kepada orang orang terdekat kita sepetti tetangga, kawan kulia, rekan se-hobby, seminar, pelatihan, lelang dan jaringan jaringan yang dapat membantu keberlanjutan usaha.
Jaringan yang telah dimiliki dimaksiamalkan dengan baik, melakukan  sosialisasi atupun kerja sama adalah jalan untuk mempermuda pengembangan usaha. Dengan meoptimalkan jaringan yang ada akan memberikan dampak positif, yang menjadi bahan evaluasi dan perhatian adalah bagaimana penyampaian kita kepada jaringan yang akan diajak bekerja sama dalam pengembangan usaha tersebut
Jaringan jaaingan yang berupa lembaga juga dapat dimaksimalkan. Lembaga lembaga tersebut antara lain: (1). Pemerintah, (2). Lembaga swadaya masyrakat, (3). Perguruan tinggi, (4) lembaga penelitian (5) dinas (6) perbangkan, (7). Pengusaha saprotan, (8). Pedagang saprotan, (9). Pengusaha peternakan, (10) industry peternakan, (11) pengepul/ bakul, (12). Ekspor/impor, (13) pasar modern / pasar tradisional. Jaringanini dapat kita gunakan untuk pengembangan usaha, caranya adalah mengetahui seluk beluk dari setiap lembaga yang akan diajak kerja sama.
Jaraingamn informasi dan lambaga tersebut dapt kita liahat dalam poila interaksi pelaku peternakan yanga ada di indonesia


Interaksi pelaku peternakan tersebut saling keterkaitan dan sulit dipisakan. Perkembangan peterkan akan mencapai kesuksesan apabila setiap lembaga tersebut memilii satu tujuan mengembangakan peternakan yang ada di indonesia. Kekurangan sembada daging diakibtkan karena kekurangan produksi daging dan system peternakan yang tidak bersahabat, sirkulasi pengolahan peternakan di indonesia belum sempurna. Lembaga yang kuat akan berhasil untuk berkembang namun yang tidak dapat bersaing  akan mengalami kemunduran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar