BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Populasi
sapi perah di Indonesia (Statistik Peternakan, 2010) tercatat hanya 495. 231
ekor dengan laju pertumbuhan populasi mencapai 4.32 % per tahun. Secara
geografis penyebaran sapi perah tidak merata di
seluruh tanah air, sebagian besar sapi perah atau 97% dari populasi
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Rataan produksi susu sapi perah per ekor baru
sekitar 10,5 liter/hari..
Rendahnya
produktivitas sapi perah di Indonesia salah satu penyebabnya adalah bahwa 95%
sapi perah dikelola oleh peternak kecil dengan kondisi kualitas sumberdaya
manusia peternak masih rendah, kepemilikan lahan dan sarana prasarana yang
sangat terbatas, kondisi sosial ekonominya sulit, masih rendah skala usaha 3-4
ekor sedangkan orientasi usaha masih bersifat sampingan.
Populasi dan produktivitas sapi perah tersebut
tidak sebanding dengan tingkat konsumsi susu penduduk Indonesia yang berjumlah
210 juta jiwa. Kebutuhan akan susu dalam negeri diproyeksikan meningkat selaras
dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat. Populasi
nasional yang rendah saat ini menyebabkan produksi susu lokal hanya dapat
mensuplai sekitar 24,8 % konsumsi susu nasional. Apabila keadaan produksi susu
nasional dibiarkan terus tanpa adanya suatu upaya yang signifikan untuk lebih
meningkatkannya, maka kesenjangan antara produksi dengan permintaan akan
semakin melebar pada tahun-tahun mendatang. Konsekuensinya adalah
ketergantungan terhadap susu impor yang semakin besar akan berdampak terhadap
pengurasan devisa negara. Tidak ada pilihan lain selain memacu peningkatan
populasi dan produksi sapi perah secara nasional. Upaya peningkatan
produktivitas dan populasi sapi perah, guna mencukupi kebutuhan susu nasional
sangat diperlukan. Kebutuhan akan susu dalam negeri diproyeksikan meningkat
selaras dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat.
Dalam era pasar bebas ini, usaha budidaya komoditas peternakan harus mampu
memiliki daya saing yang tinggi, sehingga usaha budidaya ternak skala kecil
harus dipacu untuk menjadi usaha peternakan berbasis agribisnis dengan
meningkatkan skala usaha 6 – 7 ekor. Untuk melaksanakan peningkatan populasi
dan produktivitas sapi perah, maka peternak harus mngetahui selung beluk
agribisni peternakan mulai dari perencanaan usaha sampai pada evaluasi usaha.
Noleh karena itu dipandang perlu mengetahui hal hal yang menunjang produksi
peternakan sapi perah seperti pengetahuan sarana prasarana produksi, bagaimana
produksi dilakukan, bagaimana paska panen dan pengolahan produknya, bagaimaan
pernncanan p[roduksi dan evaluasi usaha, suppor istem yang terkait dengan usaha
tersebut. Dengan demikian akan memudakan pengembangan usaha sapi perah ketaraf
yang berkemajuan yaitu peternakan sapi secara agribisnis
B.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan tulisan ini agar mampu memeberikan pemaham bagi pembaca
bagaimana pengelolaan peternakan secara angribis sehingga tercipta peternakan
yang berkemajuan.
BAB II SARANA PRASARANA BETERNAK SAPI PERAH
A.
Pembibitan
Bibit
ternak merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki peran yang sangat
penting dan strategis dalam upaya meningkatkan jumlah dan mutu produksi ternak,
dan sebagai salah satu faktor dalam penyediaan pangan asal ternak yang berdaya
saing tinggi.
Untuk
dapat menghasilkan bibit ternak yang unggul dan bermutu tinggi diperlukan
proses manajemen pemeliharaan,pemuliabiakan (breeding), pakan dan kesehatan
hewan ternak yang terarah dan berkesinambungan.
Produksi
bibit ternak tersebut diarahkan agar mampu menghasilkan bibit yang memenuhi persyaratan mutu untuk
didistribusikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh instansi pemerintah,
masyarakat maupun badan usaha lainnya yang memerlukan dalam upaya pengembangan
peternakan secara berkelanjutan dan berdaya saing.
1.
Jenis
sapi perah
Secara
garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada
dua, yaitu (1) kelompok yang berasal
dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal
dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius,
yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn
(dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel
antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari
Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong
menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk
dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
Di
indonesia banyak sapi perah namun yang
banyak dipelihara adalah frisien Holstein. Berikut in beberapa jenis sapi perah
produksi tinggi
1. Fries Holland (FH), PFH ; Asal Belanda
2. Jersey ; Asal Inggris bagian selatan (Pulau Jersey)
3. Guernsey ; Asal Inggris (Pulau Guernsey)
4. Ayrshire ; Asal Scotlandia Selatan
5. Brown Swiss ; Asal Pegunungan Swiss
6. Milking Shorthorn ; Asal Timur Laut Inggris
7. Sahiwal ; Asal Pakistan
8. Red Sindhi ; Asal India
9. Sapi Grati ; Asal Indonesia.
(Hasil Persilangan Sapi Jawa dengan Sapi FH)
2. Pemilihan ternak bibit
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5
tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang
mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e)
matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau
kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan
pada tubuh cukup baik,apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak,
panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi
empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai
pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik
antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b)
kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung
dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul
lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting
baik, (e) jumlah putting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f)
sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik
harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 45 tahun, (b)
memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak anaknya, (d) berasal dari
induk dan pejantan yang baik, (e) besar
badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar,
pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka
sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara
tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan
panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k)
sehat, bebas dari penyakit menular dan
tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
3. Persyaratan
khusus bibit sapi perah betina yaitu
a)
Umur
|
15-20
bulan.
|
b)
tinggi punda
|
minimum
115 cm.
|
c)
berat badan
|
minimum
300 kg.
|
d)
lingkar dada
|
minimum
155 cm.
|
e)
warna bulu
|
hitam
putih atau merah putih sesuai dengan karakteristik sapi perah
|
f)
ambing
|
ambing
simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting 4 dan bentuk normal
|
g)
tanduk
|
sudah
di-dehorning.
|
h)status
kelahiran
|
bukan
dari kelahiran kembar jantan dan betina (freemartin)
|
i)potensi
produksi
|
memiliki
informasi potensi produksi tetua (> 4.000 kg per laktasi)
|
3.
Perawatan
Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum
menunjukkan tanda-tanda birahi atau
belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika
sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali
berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan
temperamennya.
4. Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan
pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah
menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit
harus diberi kesempatan untuk bergerak
aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
Body condition
score sapi perah
a. Pembuatan
kandang sapi perah hendanya memperhatikan beberapa syarat yang harus dipenuhi
sebagai berikut:Sapi
perah, seperti jenis “Frisian Holstein”, berpotensi tinggi sebagai penghasil
susu , tetapi produksi yang tinggi hanya dapat dicapai jika tersedia kondisi
nyaman dan benar bagi ternak. Salah satu kondisi yang harus dipenuhi adalah
tersedianya fasilitas kandang yang layak.
1. Ternak
harus terlindung dari hujan dan matahari langsung, karena hujan akan membuat
kandang menjadi berlumpur dan hal I ni akan menciptakan lingkungan yang baik
untuk pertumbuhan dan perkenganan bakyteri di dalam kandang, sedangkan sinar
matahari langsung mempengaruhi bagian bulu berwarna putih pada sapi, khususnya
pada ambing yang sangat sensitive terhadap sinar matahari
2. Ternak
harus beristirahat pada permukaan lantai yang kering dan bersih untuk
mengurangi erjangkitnya penyakit, trutama mastitis. Permukaan lantai harus
kasar sehingga dapat mengurangi resiko tergelincir, karena hal ini sering
menjadi penyebab kerusakan putting sapi.
3. Ventilasi
kandang menjadi lancer. Panas berlebuhan yang dihasilkan tubuh sapi karena
proses metabolisme, dengan mudah dapat dihilangkan/ mengalir keluar. Selain itu
desain kandang harus dibuat sedemikian rupa sehingga bila diperlukan kita dapat
melakukan pemeriksaan ternak dengan mudah.
4. Air
minum yang bersi harus tersedia dan tempat pakannya juga harus mudah dibersikan
5. Ternak
harus dapat bergerak dengan leluasa untuk menjaga kesehatan kulitnya
6. Kotoran
sapi harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menjadi tempat
berkembangnya lalat.
b. Model
model kandang
Model model kandang meliputi: (1).
Berdasarkan atap, (2) desain,(3) fungsi.
Kandang berdasarkan atap antara
lain, kandang monitoring, gable roff, gabble. Menurut desain kandang terbagi
atas kandang gembala yaitu kandang yang merupakan hamparan rumput yang luas
yanghanya di pagarai dengan besi dan ditanamai pepohonan agara tidak terkena
matahari jika terik matahai pana dan tidak kehujanan/ basa kuyup jika hujan dan
kandang intensif yaitu kandang yang diperuntukan agar penenganan ternak lebih
mudah dan segalakebutuhan ternak diberikan oleh peternak. Sedangkan berdasarkan
fungsinya adalah kandang jepeit, merupakan model kandang bertujuan agar sapi
yang mengalami penanganan khusu dapat dilakukan dengan mudah dan mengurangi
resiko kecelakaan karean amukan sapi.
c. Desain
dan ukuran kandang
Pada kandang system ikat, lebar kandang
ntuk stiap ekor sapi ukurannya cukup besar, sebaiknya tidak lebih dari 120 cm.
untuk sapi ukuran lebih kecil, lebar kandang dapat diliahat pada table. Ukuran
lebar kandang ini dibuat agar sapi tidak berbaling melintang sehingga kotoran
atau kencingnya tidak mengotori kandang
Panjang lantai kandang
sebaiknya dirancang sesui dengan ukuran panjang sapi. Hal ini dimaksudkan agar
kotoran sapi dapat lansung jatuh ke selokan yang terlatak dibelakang sapi.
Ukuran panjang lantai kandang untuk sapi ndewasa umumnya 175 cm. untuk sapi
ukuran yang lebih kecil, panjang lantai kandang dapat diligt pada table. 1
Ukuran (cm)
|
Berat badan
(kg)
|
||||
200
|
300
|
400
|
500
|
600
|
|
Lebar sekat
|
80
|
90
|
100
|
110
|
120
|
Panjang lantai
|
125
|
140
|
155
|
170
|
175
|
Table.1
ukuran kandang berdasarkan berat badan
Lantai kandang sebaiknya didesain dengan
kemiringan 2% kearah selokan agar mudah dibersikan dan selalu dalam keadaan
kering. Lantai harus kuat dan tahan
terhadap takanan sehingga tidak muda ruask/peca akibat tekanan berat
badan sapi diatasnya. Permukaan lantai
dibuat tidak licin/agak kasar sehingga sapi tidak mudah tergelincir. Lantai yang paling kuat dan paling murah
adalah terbuat dari beton. Lanytai dari kayu bisa saja digunakan, asdalkan
harus diganti bila lantai tersebut sudah tidak layak pakai lagi. Pada
prinsipnya, lamntai kandang harus dibuat dari bahan yang kuat dan muda
dibersikan.
Sebaikanya antara satu sapi dengan sapi
lain didalam kandang dipisakan oleh sekat membujur yang panjangnya sesuai
dengan panjang badan sapi. Sekat harus dibuat dengan tujuan agar sapi tidak
dapat berbaring melintang sehingga kotoran dan kencingnya tidak mengotori
lantai kandang. Selai itu penyekatan juga berguna agar sapi tidak dapat saling
menginjak, terutama untuk menghindari terinjaknya putting sapi oleh sapi lain
disebelahnya.
Tempat pakan (palungan)
yang terletak di depan sapi juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga kepala
dapat menjulur diatas palungan pada saat sapi sedang berbaring sambil
mememakbiak. Jadi, tempat pakan di dalam kandang sapi harus cukup renda, yaitu
hamper sama tinggi dengan lantai kandang
d. Peralatan
dan kelengkapan kandang
Peralatan dan kelengkapan kandang
seperti gudang pakan , mesin coper, alat pemerhan, culing, sekop, arko, lab,
tempat minum dan pakan, dll
C.
Lokasi
Peternakan
Lokasi yang ideal untuk membangun
kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi
mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan
jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran
kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara
berkelompok di tengah sawah atau ladang.
D.
Tenaga
Kerja
Tenaga
kerja yang digunakan disesuikan denga kebutuhan peternakan . tenaga kerja yang
digunakan harus memiliki sifat seperti, rasa saying kepada ternak sehingga
perlakuan kepada ternak juga baik, dengan demikian mengurangi stress pada
ternak, sisiplin yang tinggi karena pengolahan sapi perah membutukan keuetan
dan dedikasi tinggi dan penangan ekstra,
Tenaga
kerja yang te;lalh bekerja dipeternakan perlu dilakukan training dan pelatihan
agar pengetahuan mengenai fungsi fungsi pelaksanaan tekni diketahui, dengan
demikian kesadaran akan pentingnya penangann dan kesesuian prosedur dapat
berjalan.
E.
Investasi
Peternakan tidak terlepas dari benda benda
investasi. Investasi ini merupakan bendanda yang dapat difungsikan dengan
jangka panjang. Barang investasi ini dapat meliputi:
1. Bangunan
pengkatoran
2. Gudang
3. Intalasi
listrik
4. Instralasi
air
5. Kendaraan
6. Dll
BAB III PRODUKSI SAPIH PERAH
A.
Manajemen
Pemeliharaan
Pemeliharan sapi perah yang baik sangat
mempengaruhi produktifitas sapi. Dalam melakukan menejerial pada sapi, tiga hal
yang mempengaruhi keberasilan yaitu a). bibit, bibit ini mempengaruhi
produktifitas ternak dengan pengaruh sebesar 20 %, b). pemeliharan, pemeliharan
sapi berpengaruh sebesar 10 %. Dan c). pakan
berpengaruh sebesar 70 % sehingga
jika dikalkulasikan menjadi 100%.
Manajemen pemeliharan sapi perah
berdasarkan fungsi pemeliharaannya. Manajemen pemeliharan sapi terbagi tujuan
produksinya, pembagian manajemen pemeliharaan ini bertujuan agar sapi
produktifitas yang diperoleh dapat mencapai titik puncak. Dari manajemen
pemeliharan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hal ini karena saling
berkelanjutan dan saling berkesinambungan. Manajemen pemeliharaan itu meliputi:
1. Manajemen
pemeliharan pedet.
Pemeliharan sapi pedet
memrlukan suatu ketelitian jika dibandingkan dengan sapi dewasa.anak sapi/pedet
yang dilahirkan dalam kondisi lemah akan sulit dibesarkan dari pada sapi yang
dilahirkan dalam keadaan sehat. Angka kematian pedet dapat mencapai 20 persen
untuk anak sapi dibawa tiga bulan, namun angka kemetiantersebut dapat lebih
tinggi lagi jika peternak tidak memperhatikan teknik teknik pemeliharaan yang
bnar : control kesehatan, pemberian pakan, pemberian suisu, perkandangan dan
lain-lain. Beberapaph hal yang harus di perhatikan dalam pemeliharaan pedet yaitu
:
a).
Pra Melahirkan,
hal hal ayng perlu di perhatikan pra
melahirkan adalah,Persiapan kandang
pedet/ box pedet, Sarana alas; jerami kering dsb, Membantu
Persalinan/ Proses kelahiran
b). B. Pasca
kelahiran
setelah
penanganan kelahiran sesegera mungkin Pedet diletakkan pada tempat yang kering,
Box pedet yang telah tersedia, Membersihkan lendir pada,rongga
tenggoroan, hidung,dan membantu mengeringkan badan pedet. Memotong tali pusat ± 2 cm.dari pangkalnya dan didesinfeksi dengan
larutan Yodium.Penandaan pedet.
c). .
Hal-hal yang penting harus dilakukan :
setelah kelahiran pedet segera berikan kolostrum ; 0.5 – 1 liter, tidak lebih dari 2 jam setelah
pedet lahir. Berikan lagi 2 liter, dalam jangka waktu 6 jam berikutnya ( 2-3
liter untuk 6 jam.) Selanjutnya ; 1,5-2 liter
kolostrum segar 3 kali sehari selama 5-7
hari berturut turut. Selanjutnya ikuti
petunjuk pebeerian
susu sebagai berikut:
table. 1. Pedoman Pemberian Susu Segar,
Konsentrat, Rumput Dan Air Pada Pedet
MMG ke
|
SUSU SEGAR (liter/hari)
|
KONSENTRAT
Kg/hari (ad.lib)
|
AIR BERSIH
|
RUMPUT
|
||
1
|
KOLOSTRUM 4 -
5
|
X
|
X
|
X
|
||
2
|
4 - 5
|
0,1
|
|
ad
libitum
( sesukanya )
Diberikan
kering
atau hay
|
||
3
|
4 - 5
|
0,2
|
||||
4
|
5 - 6
|
0,3
|
||||
5
|
5 - 6
|
0,4
|
||||
6
|
5 - 6
|
0,5
|
||||
7
|
5 - 6
|
0,6
|
||||
8
|
4 - 5
|
0,7
|
||||
9
|
3 - 4
|
1,0
|
||||
10
|
2 - 3
|
1,2
|
||||
11
|
2 - 3
|
1,3
|
||||
12
|
1,5
|
1,5
|
||||
13
|
1
|
1,5
|
||||
14
|
0
|
0,1
|
2. Manajemen
pemeliharaan sapi darah
Sapi darah adalah induk dikemudian hari.
Kondisi selama pertumbuhan sapi perah dara akan mempengaruh sanngat besar
terhadap kemampuan berproduksi air susu pada dewasa. Sapi- sapi perah dara
pengganti biasanya meupakan kelompokn yang diabaikan dalam usaha sapi perah.
Sering kali hanya sedikit perhatian yang
diberikan kelompok sapi ini setelah
lepas sapi, karena secara ekonomi merupakan kelompok yang tidak memberikan
hasil. Tentunya hal ituu menjadi kekeliruan besar dalam upanya meningkatkan
sapi –sapi yang ada, karena akan berakibat terhambatnya petumbuhan yang optimal. Dengan demikian maka
pada waktu sapi – sapi betina beranak yang pertama kali bobot badanya tidak mencapai ukuran normal dan tetap kelihatan kecil.
Disamping itu bobotnya kecil, lambat pertumbuhannya juga berakibat terhadap
mundurnya umur beranak pertama sampai 3
tahun atau lebih.
Apabila sapi sapi
diharapkan untuk berproduksi sesui dengan potensi genetiknya perhatian harus
lebih ditingkatkan terutama pada periode lepas sapih yaitu mulai umur 3 bulan
sampai pada saat sapi dara dikawinkan sekitar umur 14-18 bulan. Karena periode
ini merupakan periode kritis perkembangan jaringan susu yang akhirnya akan menjadi
jaringan yang mensintesis susu. Tingkat pertumbvuhan sangat dipengaruhi oleh
sstatus nutrisi pakan yang diberikan selama kritis tersebut.
Pada periode ini
merupakan masa dimana fase pertumbuhan ambing. Sel-sel seketoris akan
berkembang. Pertumbuhan ambingdan perkembangan berlangsung dalam beberapa fase.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada fase tertentu sangtat mempengaruhi
untuk kemapuan berproduksi susu. Oleh karena pemberian pemberian pakan yang
baik sesui demngan kebutuhan sapi sangat penting untuk menunjang kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan ambing.
Berikut in kebutuhan
nutrisi sapi perah periode dara, diberikan untuk pertumbuhan dan perkembangan
sapi yang optimal.
Tabel. 2. Kebutuhan Zat Pakan Sapi
Perah Dara Periode Tumbuh
Bobot badan(kg)
|
Pertamnbahan (gr/hari)
|
Umur (minggu)
|
Neg+m (mkal)
|
TDN
(kg)
|
Protein (kg)
|
40,9
|
409
|
1
|
2,00
|
0,93
|
0,18
|
45,5
|
454
|
3
|
2,14
|
1,02
|
0,20
|
68,2
|
636
|
8
|
3,33
|
1,78
|
0,36
|
90,9
|
772
|
13
|
3,90
|
1,85
|
0,43
|
136,4
|
772
|
21
|
5,24
|
2,53
|
0,59
|
181,8
|
772
|
29
|
6,31
|
3,07
|
0,73
|
227,3
|
772
|
37
|
7,33
|
3,60
|
0,83
|
227,7
|
772
|
45
|
8,28
|
4,14
|
0,85
|
318,2
|
772
|
54
|
9,21
|
4,67
|
0,88
|
363,6
|
772
|
63
|
10,10
|
5,22
|
1,01
|
409,1
|
772
|
71
|
10,96
|
5,80
|
1,14
|
454,5
|
722
|
80
|
11,79
|
6,40
|
1,29
|
Sapi perah bangsa kecil
|
|||||
Bobot badan(kg)
|
Pertamnbahan (gr/hari)
|
Umur (minggu)
|
Neg+m (mkal)
|
TDN
(kg)
|
Protein (kg)
|
27,3
|
318
|
1
|
0,47
|
0,47
|
0,18
|
34,1
|
363
|
2
|
0,70
|
0,70
|
0,23
|
45,1
|
363
|
10
|
1,27
|
1,27
|
0,,27
|
68,2
|
454
|
19
|
1,57
|
1,57
|
0,34
|
90,9
|
499
|
19
|
1,71
|
1,71
|
0,42
|
136,4
|
590
|
37
|
2,42
|
2,42
|
0,57
|
181,8
|
590
|
48
|
1,98
|
2,98
|
0,70
|
227,3
|
590
|
59
|
3,54
|
3,54
|
0,73
|
227,7
|
590
|
70
|
4,12
|
4,12
|
0,79
|
318,2
|
590
|
81
|
4,77
|
4,73
|
0,94
|
Prinsip
pemeliharaan sapi dara adalah tercapainya kawin pertama yang optimal pada umur
16-18 bulan dengan bobot badansekitar 250 kg sampai 300 kg. Untuk petumbuhan
sapi dara perlu diatur. Agar tercapai
bobot kawin yang optimal, sebaiknya
diupayakan pertumbuhan sapi dara sekitar 600 gram sampai 700 gram/ekor/hari melalui
pengaturan sistem pemberian pakannya
3. Manajemen
pemeliharan sapi indukan
Beberapa
pekerjaan rutin yang dilakukan pada sapi prah induk yang suda laktasi adalah :
pemeliharaan kuku, pembersihan badan, pemerahan, pengawasan kesehatan dan
pemberian pakan. Pekerjaan harus
dilakaukan secara tetap dan teratur, demikian pulah pengelolaannya harus sabar
dan memeiliki nrasa saying terhadap sapinya.
a. Pemotongan
kuku
Tusapi yang dikandangkan secara
terus menerus pada umumnya gerakannya terbatas, apabila ditunjang dengan lantai
kandang yang terlalu basa maka akan mengakibatkan jari kuku bagian bawa menjadi
lunak. Pemotongan kuku dilakaukan secara rutin yaitu 6 bulan sekali, karena
kuku yang panjang akan menyulitkan sapi un tuk berdiri dengan posisis yang
benar. Selain itu akan membentuk kaki yang melengkung dan akan mengendorkan
ambing. Dengan demikaina akan menurunkan produksi susu, karena sapi berdiri
tidak nyaman. Selain itu kuku yan panjang akan berakibat pada kesehatan sapi.
Kuku panmjang menjadi kropos, mudah pecah dan berlubang- lubang sehingga akan
mudah membusuk untuk berkembangnya mikroorganisme pathogen.
b. Pembersian
badan
Pemeliharaan badan yaitu yaitu menjaga kebersihan badan sapi dengan memendikan secara rutin dan
menjaga bulu dan kulit agar tetap halus dengan cara menggosok dan mengerok.
Karena dengan kulit yang bersi akan memperlancar evaporasi, terlebih di daerah
tropis. Dengan semakin lancer evaporasi maka akan memperlancar peredaran darah
yang berperan mensuplai bahan penyusun susu.
c. Pemerahan
Pemerahan merupakan factor ekstern yang ikut menetukan produksi susu
yang meliputi cara pemerahan, pemerahan dan frekuensi pemerahannya. Pemerahan
biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan tangan ( hend
milking) dan machine milking menggunakan mesin. Kedua duanya merangsang
merupakan serangkai proses untuk merangsa sntesis dan sekresi air susu secara
normal.
4. Manajemen
pemeliharaan sapi kering kandang
Penangan sapi kering merupakan
tahap perbaikan kondisi tubuh ternak agar dalam proses kelahiran dapat normal.
Selain itu, penanganan ini untuk mengembalikan dan perbaikan sel sel seketoris
pada ambing agar susu yang akan diproduksi pada periode berikutnya dapat
meningkat atau minimal sama dengan produksi periode yang lalu.
Penangan/ mmanajemen yang utama
diperhatikan adalah pemberian pakan yang cukup sesui dengan kebutuhan,
pemberian pakan khusus akan lebih baik. Penyusunan pakan dapat di dasarkan pada
;(1) hidup pokok, (2) perbaikan jaringan sel
tubuh/ maintence, (3) perkembangan janin/ fetus. Dengan pemberian pakan yang
cukup akan memberikan hasil yang baik.pedet akan berkembang dengan semestinya
dan produksi dan kesehatan induk sapi akan terjaga karena ketahanan tubuh
tercapai karena kebutuhan nutrisi tercukupi.
B. Manajemen Pakan
Pada usaha sapi
perah secara intensif, biaya pakan pakan hamper mencaipai 60- 70 % dari biaya
produksi. Kecuali peternakan rakyat yang menggunakan pakan dari limbbah pertanian.
Oleh karenah itu pemberian pakan haruslah se-ekonomis mungkin namun tidak
mengurangi kandungan nutrisi yang dibutukan sapi.
Pada dasarnya
manajemen pakan/ pemberian pakan merupakan metodeh pemberian pakan dengan
memperhatikan kondisi rumen. Pemberian pakan harus dapat menciptakan kondisi optimal
kehidupan mikroba rumen. Pemberian pakan dengan memperhattikan kondisi rumen
bertujuan agar mikroba rumen dapat dapat tumbuh dan melakuykan fermentasi
mikroba, dengan kondisi rumen yang stabil akan membuat bakteri berkembang
dengan baik. Dengan kondisi rumen yang stabil akan menyebabkan suplai makanan
akan tterus menerus dan mikrobah akan melakukan fermentasi
Pemberian pakan
sebaiknya diberikan dengan kondisi kering , hal ini karena fungsi air liur
sebagai stabisator keasaman lambung. Dengan demikian akan menstabilkan kondisi
rumen. Dengan demikian mikroba akan dapat berkembang dengan baik secara
optimal. Sumber pakan yang diberikan akan dimakan oleh mikroba, protein,(asam
amino + NPN) akan di ubah menjadi protein bay pass dan protein tersebut akan
diserap oelh tubuh.
Kebutuhan zat
makanan yang diberikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan fetus, hidup
pokok, pertumbuhan dan produksi susu. Dengan suplai makanan yang cukup akan
menyebabkan perkembangan fetus baik, dan produksi susu juga akan optiman. Namun
jika kebutuhan makan tidak terpenuhi makan suka cadangan makanan pada otot akan
di pecah menjadi sumber energy, sehingga akan menyebabkan sapi akan kurus,
dayah tahan tubuh menurun dan aikan menyebabkan tersa sapi mudah terserang
penyakit karena daya tahan tubuh yang menurun serta akan menyebabkan penurunan
produksi susu.
Hal hal yang
harus diperhatiakn dalam pemberian pakan pada sapi perah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan Nutrisi (Protein Dan Energi): (bobot badan (kg/ekor), pbbh
(gram/hari/ekor, masa kebuntingan ( 8-9 bulan), produksi (liter/hari/ekor), mutu
susu (% fat).
2.
Memilih bahan pakan (Mudah didapat,Tidak mengganggu kesehatan, Disukai
ternak, Bernilai gisi dan mudah dicerna, Harga murah)
3.
Menyusun Ransum: (kebutuhan
hidup pokok dicukupi oleh rumput yg diberikan scr adlibitum, Kebutuhan produksi susu dipenuhi oleh konsentrat
dimana setiap 1 kg konsentrat dapat menghasilkan 2 liter susu.
4.
Pemberian Konsentrat: (Awal
laktasi= Prod susu/2 + 1, Pertengahan laktasi= Prod
susu/2, Akhir laktasi = Prod susu/2 – 1, Menjelang melahirkan “ steaming up” 2 mg sebelum melahirkan berikan
jumlah dan mutu pakan yang baik.
C.
Manajemen
Kesehatan
Pemeliharaan sapi perah untuk
mencapai produksi yang optimal adalah dengan cara melakukan pengondisian ternak
menuju ternak yang sehat. Manajemen pemeliharan harus mendukung kesehatan
ternak. Salah satu manajemen yang harus dilakukan adalah penegelolahan kesehatan
ternak sapih perah. Manajemen pkesehatan sapih perah terbagi menjadi dua yaitu
pencegahan dan pengobatan.Penyakit yang biasanya sangat merugikan pada sapi
perah ada tiga jenis yaitu mastitis, cacingan dan kaki pincang. Penyakit ini in
jika dialakukan penanganan yang baik akan mencega terjadinya penyakit tersebut.
Pengelolahaan penyakit yang harus dilakukan yaitu:
1. Pencegahan
penyakit
Tindakan pencegahan penyakit
adalah utama yang harus dilakukan untuk
keberlansungan hidup dan kesehatan hewan pemeliharaan sapi. Pada dasarnya
tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan hal hal berkaitan
dengan perkembangan mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit:
a). pemberian pakan sesui dengan kebutuhan sapi, kebutuhan sapi yang terpenuhi
akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga kemungkinan terserag penyakit akan
sedikit. b). manajemen kandang yang baik, manajemen kandang harus memperhatikan
sanitasi kandang, aliran kotoran ternak, sirkulasi udarang dan kelembaban
kandang harus diperhatikan. c). pencatana dan pengamatan gejalah gejalah sapi
yang sakit, tindakan ini sangat pentinmg untuk melakukan diagnose penyakit yang diderita oleh sapi.
2. Pengobatan
Pengobatan sapi dilakukan tentunya
harus dilakukan pada sapi yang terjangkit tertentu. Pengobatan hendaknya
disesuikan dengan spesifikasi penyakit agar muda penanganannya, oleh karena itu
keterangan keterangan sapih yang terjangkit penyakit memliki data lengkap agar
pengobatan cepat tertangani. . hal - hal
yamng penting perlu di ceritakan pada dokter hewan yang hendak dimintai
pertolongan, yyaitu segala gejalah-gejala atau tanda – tanda sakit, dan tingka
laku hewan sakit sebelum dan sesuda diobati.
Ada 9 hal gejala gejalah hewan
ternak sapi yang menunjukan sakit dapat dilihat dari :
1. Gangguan
kondisi badan
Hewan yang sakit pada umumnya tidak
saja menjadi mundur dan menjadi kurus. Tingkat kekurusan badan itu tergantung
dari maju mundurnya nafsu makan dan
payahnya penyakit.
2. Perubahan
tempramen
Hewan yang sehat terlihat segar dan
gembira, matanya bersinar, telinganya bergerak dan perhatian terhadap keadaan
sekelilingnya. Hewan yang sakit tidaklah memperdulikan apa yang terjadi di
sekelilingnya, mata suram seperti mengantuk dan
telinga jarang digerak-gerakan
3. Perubahan
kulit
Kulit hewan yang sehat biasanya
lemas, halus dan muda dilipat. Pada hewan sakit kulitnya seringkali kaku,
kering, kasar dan tidak muda dilipat, rambutnya suram, kadang juga berdiri
tidak berkilat
4. Panas
badan
Panas badan sapi sehat dan normal
adalah antara 38 derajat sampai 39,5 derajat celcius : pada soreh harinya agak
lebih tinggi dari pada waktu pagi hari. Panas badan itu sangat dipengaruhi oleh
keadaan sekellingnya. Panas matahari, pergerakan badan atau kerja berat dapat
meningkatkan panas badan hewan sehat.
Oleh karena itu sapi yang hendak diukur panas suhunya harus ditempatkan pada
dan diistirahatkan beberapa saat terlebih dahulu pernapasannya, naik turunya
tidaka hanya menjadi lebih cepat (lebih 30 kali permenit), tetapi juga lebih
keras, gelisa dan tidak teratur, sedang lubang hidungnya sering terbuka lebar
menghembuskan napas.
5. Perubahan
nafsu makan
Banyak penyakit yang disertai
kekurangan atau kehilangan nafsu makan sama sekali. Tingkat kkekurangannya
nafsu makan ini perlu dilakuakan perlakuan/ perhatian, ada yang hanya suka
makan comboran(bubur)-nya tetapi masih suka makan rumput. Dan gejala nafsu
makan lainya.
6. Buang
kotoran yang abnormal
Sapi yang sehat pada umumnya slama
24 jam membuang kotoran 12-18 kali, sebanyak 20-40 kg. dalam keaadaan sakit
lebih jarang atau terlalu sering, sedang jumlahnya dapat sangat kurang atau
terlalu banyak.
7. Kotoran
sapi yang normal berupa bubur kental dengan kadar air ± 85 %, yang susdah jatu
dapat berupa tumpukan yang lembek, warnanya semihijau tua serta baunya
spesifik. Jika menyimpang dari sisfat-sifat tersebut diatas dpat dikatakan sapi
itu sakit, misalnya terlalu encer, terlalu keras, warna dan bau yang
berlebihan. Kotoran yang yang tidak shat kadang kadang ditemukan bagian-bagian
yang tidak wajar seperti lendir, darah, nanah, cacing makanan yang tidak
tercerna pasir dan sebvagainya.
8. Kencing
yang abnormal
Sapi sehat pada umumnya selama 24
jam, 5-7 kali sebanyak 6-7 liter, tergantung pada banyak sedikitnya minum,
warnanya kuning jernih. Pada sapi yang sakit, kencing terlalu banyak,
terlalu sering, atau terhenti sama
sekali, keluarnya susksr atau tidak terkendali,
warna dapat berubah menjadi terlalu pucat atau tak berwarna seperti air,
atau hijau tua kekuning keningan tauy merah coklat bercampur darah.
9. Perubahan
– perubahan pada alat kelamin
Alat kelamin sapi betina dari l;uar
dapat menunjukan hal yang tidak normal, misalnya kebengkakan dari vulva dan
sekitarnya, dinding vagina yang berdara, merah dan kebeiru-biruan : dari vulva
keluar kotoran lender bernanah atau berdarah yang berbau busuk atau tidak.pada
kelamin jantan, kadang-kadang dapat dilijhat perubahan perubahan sebagi
berikut: kebengkakan bua pelir, scrotum atau prepotium, keluarnya kotoran dari
penis dan sebagainya.
3. Perawatan
sapi sakit
Sapi yang terjangkit penyakit sesegerah
mungkin di pisakan dari kawananya, hal ini sangat penting untuk mmencega
tersebarnya penyakit hewan menular, serta gunna menjamin kebersihann dan kesehatan susu, tetapi jugha
untuk memudakan perawatan sapi-sapi yang sedang sakit itu sendiri. Untuk
mengobatai sapi, lebih lebih yang nakal, kadang kadang harusdiikat dan dimasukan kedalam kandang paksa agar
penangananya akan lebih muda dan menghindari kecelakaan. Beberapa tindakan
perawatan sakit yaitu :
1 memberikan obat
Pada umumnya obat-obatan yang
diberikan kepada spi berupa cairan, larutan atau berupa bubur. Obat yang cair
diberikan dengamn menggunakan botol dituangkan kedalam mulut sapisementara
kepala diangtkat keatas. Pengangkatan kepala ini tidak boleh terlalu tinggi,
sebab jikaterlalu tinggi tidak dapat menelan ,dan tidak jarang obat masuk
kedalam tenggorokan jatu ke dalam paru-paru, hal mana dapat membahayakan
hewannya. Obat yang tidak dapat dilarutkan, sebaiknya diberikan dalam bentuk
elektuarium atau gumpalan bubur nasi campur air gula atau gula jawa.
2. Memberikan lavemen
Adakalanya sangat perlu
mengeluarkan kotoran dari dubur (anus) sapi dengan jalan member lavamen, yakni
memesukan air sabun hangat kedalam usus besar denngan perantara pipa karet
irigtor. Cara memesukan dilakukan sebagai berikut: setelah irrigator diisi
dengan air sbun hangat dan tangan dilincinkan dengan minyak kelapa, maka ujung
pipa kare tersebut digenggam dengan tangan yang tyelah dilicinkan ,
ditenga-tenga kelima jari yang dikuncupkan , kemudian dengan perlahan-perlahan
dimasukan kdalam rectum /dubur kedalam usus belakang , hingga masuk sepanjang
tangan atau ± 40-50 cm. selama memasukan pipa karet itu, irrigator yang berisi
air diangkat lebih tinggi, sehingga air mengalir perlahan ke dalam usus .
semenytara tangan tang memegang pipa tetap pada tempatnya.
4. membersikan
alat kelamin
adakalanya alat kelamin betina
(vagina) atau alan kelamin jantan (preapetium,penis) itu harus diberikan dengan obat penghapus hama (desinfektan).
Untuk itu cairan perbersi itu dapat disemprotkan perlahan- lahan kedalam atau
menggunakan irrigator seperti pada lavmen. Untukmengiringi kantong anak
(uterus) seperti sering dilakukan, jika ari-ari (secudinaae) tidak keluar
sesuda beranak , baiklah serahkan saja pada orang ahli, sebab kalau m,elakukan
nya dapat beberbahayakan si penderita.
D.
Analisis
Usaha
Pada tahap analisi usaha, sangatlah
penting untuk memulai usaha yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar pengusaha
dapat mengetahi apaka usaha ini layak untuk dikembangkan atau tidak. Biasanya
ana lisiss usaha meliputi perbadingan antara pengeluaran dan pendapat dalam jangka waktu tertentu. Yang menjadi
bahan alasisis adalah pengeluaran yang meliputi: (1) investasi , (2) biaya tetap, (3) biaya tidak
tetap. Sedanglkan pemasukan meliputi aspek yang mendtangkan profin seperti
susu, penjualan sapi afkir, kotoran ternak, penjuan pedet dll.
Berikut ini contoh analisis usaha
sapi perah dengan 5 ekor induk
1. Biaya
bibit 5 ekor x Rp. 3.500.000 Rp.
17.500.00
2. Kandang
Rp.
5.000.000
3. Peralatan:
a. Milk
can 3x Rp.100.000 Rp.300.000
b. Lain-laian
( sekop,ember dll) Rp.
50.000
Penyusustan
1. Bibit
diapkir umur 10 tahun, harga afkir Rp.
1.500.00
Nialia penyusutan RP 16.666 /bulan
x 5 Rp 84.000
2. Kandang
masa pakai 10 tahun, harga bekas Rp.
84.000
Nilai susu Rp.29166/bulan
3. Milk
can masa pakai 5 tahun, harga bekas Rp.
10.000
4. Nilai
susu rp. 1500/bulan x 3 Rp.
4.500
Pengeluaran perubahan bulan
1. Biaya tetap
a. Bibit
Rp.
84.000
b. Kandang Rp.
29.166
c.
Peralatan Rp.
10.000 +

Rp.123.166
2. Biaya
tidak tetap
a. pakan
hijauan 5x 40 kgx Rp 50 Rp
300.000
b. konsentrat
5x6 kg x 30 xRp 900 Rp.
810.000
c. tenaga
kerja 1 orang Rp.
300.000
d. obat-obatan Rp.
50.000
e.
lain lain Rp.
50.000 +

Rp. 1.510.000
Total
biaya perubahan bulan 1903.666/bulan atau sebesar Rp.18.120.000/ tahun
Penerimaaan
dalam 1 tahun
Produksi
rata-rata satu masa laktasi 13 liter/ekor /hari, dimana minimal 4 ekor sapi
yang berproduksi
1. Penjualan
susu
4x 13x 30 Rp 1.100 x 12
Rp.
20.592.000
2. Pedet
2 ekor x 1.500.000 Rp.
3.000.000
3.
Pupuk Rp.
50.000 +

Rp 23.642.000
Total
penerimaan / tahun
Keuntungan
= Rp 26.810.000 – Rp 18.120.000
= 5.522.000/tahun = 460.166/ ulan
BAB IV PASCA PANEN
A.
Hasil
panen
Hasil
utama yang di peroleh dari budidaya sapi perah adalah susu yang
sdihasilkan dari indukan sapi betina. Hasil lain sebagai sumber pemaukan adalah
pedet, limbah kotoran ternak yang dijadikan pupuk, karung bekas pakan
B.
Pengolahan
Susu
yang dihasilkan peternak terkadang tidak seimbang dengan biaya produksi, biaya
produksi yang tinggi dan harga susu yang rendah terkadang mencekek leher
peternak. Oleh karena itu salah satu cara yang dilakaukan adalah pengeolahan
susu sapi itu sendiri., produk susu sapi sangat banyak macamnya, keputusan
terletak pada peternak akan memproduklsi olahan susu yang baik dan
menguntungkan sesuai dengan keadaan dan permintaan konsumen. Prodak prodak yang
dihasilkan sangat banyak mulai olehan susu pasteurisasi sampai produk turunan
lainya. Tentunya untuk mengolah susu menjadi sumber penghasilan tidak muda
perlu adanya keahlian. Keahlian in apat didapatkan melalui kursus, uji coba dan
meniru prouk lainya. Produk yang telah banyak di kenal masyarakat seperti
yoghurt, susu pasteurisasi, eskrim susu, tahu susu (dangke) cake susu, dodol
susu, keju dan lain sebagainya.
C.
Pemasaran
Susu
yang dihasilkan oleh peternak sebagian besar disetorkan ke KUD. Koperasi
menerima susu dari peternak sesui dengan harga standar. Terkadang harga susu
tidak sebanding dengan biaya produksi. Pemasaran hasil produksi tergantung
sebesar pengaetahuan peternak. Peternak yang memiliki informasi yang luas akan
mendapatkan untung yang lebih dibandingkan dengan peternak yang sisitem
imformasinya sangat terbatas / jaringan sedikit. hasil pemerahan akan
disetorkan ke KUD kemudian koperasi yang akan mengelolah dan memasarkan susu
sapi baik bentuk susu cair maupun susu
yang telah diolah. Peternak yang ingin suskses akan melakukan pencarian
informasi terkait dengan budidaya ternak perah, pengolahan, pemasaran dan
sistyem informasi yang dapat digunakan serta membangun sebua jaringan sehingga
kekuatan peternak tersebut akan memilki kekuatan tersendiri dan memiliki daya
saing dan keuntungan yang lebih.
BAB V SUPPORT SISTEM
A.
Informasi usaha
Peternak
yang akan mengalami perkembangan yang pesat ditandai dengan kekuatanya mencara
informasi terkait dengan usaha yang dilakukan. Informasi yang ada dapat
bersumber dari relasi, internet dan lembaga lembaga terkait dengan usaha yang
dilakukan. Peternak sapi perah tentunya akan melakukan pencarian informasi
jaringan yang berkaitan dengan produksi sapi perah, pemasaran, pengambangan
usaha dan membangun jaringan yang saling memperkuat usahanya.
B.
Membangun
jaringan
Keberhasialan
usaha peternakan sapi perah sangat berpengaruh jika peternaka memiliki jarinan
yang luas. Kemampuan membangun jaringan dapat dilakukan dengan kemapuan
bessosialisisai dengan masyarakat, kempuan lobyying, negosiasai dan kempuan
skil lainya yang berkaitan dengan kehidupan social. Jarigngan dapat dimilai
dari hal terkecil seperti memperkuat informasi, pengetahuain mengenai apa yang
akan dilakukan. Berkaitan dengan peternakan maka salah satu hal kecil yang
harus dilakukan adalah memahama kegiatan usaha sapi perah yang akan dilakaukan.
Membangun
jaringan juga dilakukan kepada orang orang terdekat kita sepetti tetangga,
kawan kulia, rekan se-hobby, seminar, pelatihan, lelang dan jaringan jaringan
yang dapat membantu keberlanjutan usaha.
Jaringan
yang telah dimiliki dimaksiamalkan dengan baik, melakukan sosialisasi atupun kerja sama adalah jalan
untuk mempermuda pengembangan usaha. Dengan meoptimalkan jaringan yang ada akan
memberikan dampak positif, yang menjadi bahan evaluasi dan perhatian adalah
bagaimana penyampaian kita kepada jaringan yang akan diajak bekerja sama dalam
pengembangan usaha tersebut
Jaringan jaaingan yang berupa
lembaga juga dapat dimaksimalkan. Lembaga lembaga tersebut antara lain: (1).
Pemerintah, (2). Lembaga swadaya masyrakat, (3). Perguruan tinggi, (4) lembaga
penelitian (5) dinas (6) perbangkan, (7). Pengusaha saprotan, (8). Pedagang
saprotan, (9). Pengusaha peternakan, (10) industry peternakan, (11) pengepul/
bakul, (12). Ekspor/impor, (13) pasar modern / pasar tradisional. Jaringanini
dapat kita gunakan untuk pengembangan usaha, caranya adalah mengetahui seluk
beluk dari setiap lembaga yang akan diajak kerja sama.
Jaraingamn informasi dan lambaga
tersebut dapt kita liahat dalam poila interaksi pelaku peternakan yanga ada di
indonesia
Interaksi pelaku
peternakan tersebut saling keterkaitan dan sulit dipisakan. Perkembangan
peterkan akan mencapai kesuksesan apabila setiap lembaga tersebut memilii satu
tujuan mengembangakan peternakan yang ada di indonesia. Kekurangan sembada
daging diakibtkan karena kekurangan produksi daging dan system peternakan yang
tidak bersahabat, sirkulasi pengolahan peternakan di indonesia belum sempurna.
Lembaga yang kuat akan berhasil untuk berkembang namun yang tidak dapat bersaing
akan mengalami kemunduran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar